OPEC+ Perpanjang Pangkas Produksi Minyak, Saham-saham Ini Bakal Cuan
Berlanjutnya pemotongan produksi minyak mentah secara sukarela oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia atau OPEC+berpotensi membatasi penurunan harga minyak.
Langkah itu menurut Investment Analyst Stockbit, Hendriko Gani dapat menguntungkan emiten produsen migas seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dari terjaganya harga jual rata-rata. Selain itu, stabilnya harga minyak di level yang cukup tinggi ini akan mendorong produsen meningkatkan investasi di sektor hulu migas.
“Hal ini akan menguntungkan emiten jasa migas seperti PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), dan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) dari peningkatan orderbook dan rata-rata harga jual,” tulisnya dalam riset Senin (4/3).
Khusus untuk MEDC, laba bersih emiten milik mendiang konglomerat Arifin Panigoro itu pada 2024 berpotensi tumbuh 14,8% secara tahunan menjadi US$ 350,7 juta. Hal itu didukung oleh tambahan produksi dari akuisisi Blok 60 di Oman pada akhir 2023.
Akuisisi tersebut akan meningkatkan produksi harian minyak MEDC sebesar 13 MBOEPD, setara 8% dari total produksi harian per September 2023 sehingga akan meningkatkan produksi harian MEDC dari level 160 MBOEPD pada estimasi 2023 menjadi 173 MBOEPD pada 2024.
Kinerja laba bersih MEDC pada 2024 juga akan ditopang oleh pemulihan anak usahanya, terutama PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Berdasarkan konsensus Bloomberg, AMMN diperkirakan akan mencatatkan laba bersih bersih sebesar US$816 juta pada 2024. Jumlah tersebut akan menambah laba bersih MEDC dari anak usaha sebesar US$ 171 juta.
Sebagai perusahaan yang mayoritas 70,2% pendapatannya berasal dari penjualan gas dengan harga fixed dan indexed, kinerja MEDC berkorelasi positif dengan harga minyak Brent, mengingat harga jual gas sendiri terkait dengan minyak Brent.
Hendriko memproyeksikan harga minyak mentah pada 2024 akan berada di level US$ 80 per barel, ditopang oleh konsistensi OPEC+ dalam menjaga suplai melalui pemangkasan produksi di tengah ekspektasi perlambatan pertumbuhan global yang dapat mengurangi permintaan.
“Dengan menggunakan asumsi harga tersebut, serta proyeksi produksi harian di 173 MBOEPD dan tambahan pendapatan dari anak usaha, kami memperkirakan pendapatan MEDC pada 2024 berpotensi tumbuh 6,8% YoY menjadi US$ 2,3 miliar,” katanya.
Sementara Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani mengatakan, sentimen rencana pemangkasan produksi minyak mentah hingga Juni 2024 membuat harga komoditas minyak mentah atau crude oil mengalami kenaikan sebesar 4,5% sepanjang minggu lalu.
"Jika kita bandingkan dengan 1 bulan sebelumnya, harga minyak mentah crude oil juga mengalami kenaikan sebesar 10,6%. Hal ini akan menguntungkan bagi emiten-emiten yang terkait seperti MEDC dan AKRA,” tulisnya dalam riset.
AKRA sendiri berhasil naik 7,3% di sepanjang minggu lalu dan sudah membentuk harga tertinggi sepanjang masa barunya atau all time high baru pada closing Jumat lalu di harga 1.750.
Sebelumnya, OPEC+ telah mengurangi produksi minyak secara sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal satu 2024. Dalam kesepakatan terbaru untuk kuartal dua 2024, Rusia dan Irak mengurangi jumlah pemangkasan produksi mereka masing-masing menjadi 471.000 dan 220.000 barel per hari. Sebagai perbandingan, pada kuartal satu 2024, Rusia dan Irak memangkas produksi masing-masing sebanyak 500.000 dan 223.000 barel per hari.
Selain Rusia dan Irak, anggota OPEC+ lain tidak mengubah jumlah pemangkasan produksi sukarela mereka, dengan Arab Saudi tetap menjadi anggota dengan pemangkasan produksi terbesar mencapai 1 juta barel per hari.
Sejak akhir Februari 2024, harga minyak mentah Brent di pasar spot menguat 2% ke level US$ 84,55 per barel.