Harga emas tercatat naik 1,5% pada perdagangan Senin (4/3) malam ke level US$ 2.122,95 per ons troi, menandai level tertinggi sepanjang masa. Kenaikan ini disebabkan oleh ekspektasi investor yang memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada semester dua 2024. Adapun dalam tiga pekan terakhir, harga emas telah menguat sebesar 5,1%.
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengatakan, penguatan harga emas menjadi katalis positif bagi emiten produsen emas. Seperti PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
"Kenaikan harga emas berpotensi meningkatkan harga jual rata-rata dan meningkatkan marjin laba emiten," tulisnya dalam riset, Selasa (5/3).
Menilik perdagangan pukul 11.13 WIB saham ARCI terpantau stagnan di Rp 346, BRMS naik 1,38% ke Rp 147, SQMI stagnan di Rp 52, MDKA menguat 0,44% ke Rp 2.290, dan ANTM terangkat 0,34% menjadi Rp 1.465 per lembar.
Analis DFCX Futures Lukman Leong memperkirakan harga emas bisa mencapai 2.200-2.300 per ons troi pada akhir tahun ini. "Terutama tentunya permintaan bank sentral yang terus meningkat dan dimulainya siklus pemangkasan suku bunga oleh bank-bank sentral dunia," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (5/3).
Sebagai informasi, harga emas mencapai level tertinggi dalam tiga bulan, didorong oleh meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga pada bulan Juni oleh Federal Reserve AS.
Emas melonjak sekitar US$ 50 selama minggu lalu, didorong oleh belanja manufaktur dan konstruksi AS yang lemah, dan tekanan harga yang lebih lemah.
Kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago Phillip Streible mengatakan, emas dapat dengan mudah melampaui rekor tertingginya.
"Ketua Fed Jerome Powell berbicara dua kali minggu ini dan dia mungkin akan bersikap sedikit lebih dovish. Kita bisa melihat data ketenagakerjaan AS tidak ada pada hari Jumat, semua faktor yang akan membantu emas," kata Streible kepada Reuters.
Pasar memperkirakan peluang 66% penurunan suku bunga Fed pada bulan Juni, menurut CME Fed Watch Tool. “Jika angka inflasi tetap terkendali, tren emas akan terus meningkat,” kata Analis senior di Kitco Metals Jim Wyckoff.
Adapun harga emas bisa tertekan ketika suku bunga AS yang tinggi untuk mengendalikan inflasi meningkatkan imbal hasil aset pesaing seperti obligasi dan meningkatkan nilai dolar AS. Kondisi ini membuat logam tersebut lebih mahal untuk dibeli dengan mata uang asing.