Indeks bursa saham Amerika Serikat Wall Street ditutup merosot pada perdagangan Selasa (3/4), karena naiknya imbal hasil obligasi. Investor juga menurunkan ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Fed akan menurunkan suku bunga pada Juni.

Dow Jones yang terdiri dari 30 saham utama, merosot 1% menjadi 39.170,24. S&P 500 terkoreksi 0,72% menjadi 5.205,81 dan Nasdaq Composite tergelincir 0,95% menjadi 16.240,45.

Perdagangan Selasa (2/4) merupakan hari terburuk sejak 5 Maret bagi Dow Jones dan S&P 500.

Pasar saham tertekan oleh data inflasi Amerika yang naik. Menurut CME FedWatch Tool, peluang untuk penurunan suku bunga pada Juni turun dari sekitar 70% minggu lalu menjadi 63%.

Selain itu, semakin tertekan oleh naiknya imbal hasil Treasury 10 tahun ke level tertinggi sejak 28 November 2023. Begitu juga dengan harga minyak yang naik ke level tertinggi dalam lima bulan.

CEO AXS Investments Greg Bassuk mengatakan, penurunan indeks saham Wall Street ini merupakan dampak dari kombinasi data inflasi yang terus meningkat dan aksi ambil untung oleh investor.

Namun menurut dia, setelah saham menguat di kuartal pertama, koreksi kecil seperti ini merupakan hal yang wajar.

“Kami berpikir bahwa narasi investor juga akan terus lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama sehubungan dengan suku bunga," kata Bassuk dikutip CNBC, Rabu (3/4).

S&P 500 melonjak 10% selama kuartal pertama, memulai tahun dengan kinerja terbaiknya sejak 2019. Hal ini karena para investor memperkirakan bahwa inflasi akan turun dan The Fed memangkas suku bunga di saat ekonomi terus menunjukkan pertumbuhan.

Nasdaq juga naik 9% selama kuartal pertama, didukung oleh kenaikan nilai saham perusahaan yang berfokus pada kecerdasan buatan seperti Nvidia. 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila