PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kini menempati posisi puncak emiten dengan kapitalisasi pasar atau market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Per 3 Mei, nilai kapitalisasi pasar BREN mencapai Rp 1.321 triliun.
BREN menyalip emiten perbankan raksasa yang sebelumnya berada di pucuk market cap bursa, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Tak hanya menyalip BBCA, perusahaan milik orang terkaya nomor satu di Indonesia Prajogo Pangestu itu juga melibas kapitalisasi pasar PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN).
Berikut lima emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI per 3 Mei 2024:
No | Emiten | Kode | Market Cap |
1. | PT Barito Renewables Energy Tbk | BREN | Rp 1.321 triliun |
2. | PT Bank Central Asia Tbk | BBCA | Rp 1.166 triliun |
3. | PT Bank Rakyat Indonesia Tbk | BBRI | Rp 714 triliun |
4. | PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN) | AMMN | Rp 709 triliun |
5. | PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) | TPIA | Rp 677 triliun |
Adapun pada penutupan perdagangan sesi I, Jumat (3/5), kapitalisasi pasar BREN menembus Rp 1.321,14 triliun. Namun, perdagangan saham BREN tengah dihentikan sementara (suspend) oleh bursa lantaran terjadi peningkatan harga saham secara signifikan. Harga saham BREN terakhir berada di level Rp 9.875 per saham.
Seperti diketahui, BBCA sudah lama menempati posisi teratas dari sisi market cap di BEI. Jika menilik dari sisi kinerja, laba bersih emiten energi terbarukan milik Prajogo Pangestu ini pada kuartal I 2024 mencapai US$28,83 juta atau sekitar Rp 467,18 miliar (kurs Rp 16.201 per US$). Laba bersih perusahaan ini turun tipis 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy), yang mencapai US$ 29,24 juta atau setara Rp 473,79 miliar.
Laba itu terpaut jauh dengan emiten lainnya yang berada di jajaran tiga besar market cap di BEI. Misalnya, BBCA pada kuartal satu 2024 berhasil membukukan laba bersih Rp 12,9 triliun atau tumbuh 11,7% secara tahunan. Sementara itu, BBRI secara konsolidasian berhasil mencetak laba sebesar Rp 15,98 triliun per 31 Maret 2024.
Selanjutnya, emitan tambang tembaga dan emas AMMN membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 129,05 juta atau senilai Rp 2,09 triliun. Laba tersebut turun 27% dari periode sebelumnya mencatatkan US$ 176,75 juta atau sebesar Rp 2,87 triliun di 2023.