Saham emiten teknologi PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menyentuh level terendah sepanjang masa atau all time low ke level Rp 52 per lembar saham, pada Rabu (12/6). Sejak awal tahun ini, harga saham GOTO sudah merosot 52,29%.
Pada penutupan perdagangan hari ini, volume saham GOTO yang diperdagangkan mencapai 4,92 miliar dengan nilai transaksi Rp 260,16 miliar. Nilai kapitalisasi pasar GOTO mencapai Rp 62,47 triliun. Jika dibandingkan dengan saham GOTO pada saat IPO yang mencapai Rp 338, harga saham emiten teknologi ini sudah anjlok 84,6%.
Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer mengatakan saham GOTO terus mengalami tekanan salah satunya datang dari sentimen perombakan jajaran direksi dan komisaris GOTO. Secara resmi, kata Mifta, seluruh pendiri dan pihak individu pemegang saham Seri B atau saham founder resmi hengkang dari posisi strategis.
Perlu diketahui, sosok sentral dari emiten teknologi itu adalah Pendiri Tokopedia William Tanuwijaya, mantan Presiden Direktur Tokopedia Melissa Siska Juminto, dan Co-Founder GOTO Andre Soelistyo yang telah resmi mengundurkan diri dari jajaran Dewan Komisaris GOTO.
Selain perubahan di jajaran direksi dan komisaris, Mifta menilai investor masih menunggu perbaikan kinerja GOTO. Meskipun rugi bersih pada awal tahun ini sudah jauh menurun, serta ada perbaikan pada sisi core bisnis perseroan, Kiwoom Sekuritas melihat GOTO masih belum mencatatkan laba bersih.
Hal itu menjadi sentimen yang membuat performa saham GOTO masih tertekan di bawah harga Rp 100. Dengan adanya perubahan struktur manajemen tersebut, investor belum melihat adanya rencana bisnis di balik aksi GOTO.
“Sampai saat ini, aksi ini masih membawa sentimen negatif ke performa harga saham GOTO,” kata Mifta kepada Katadata.co.id, Rabu (12/6).
Ia mengatakan secara teknikal harga saham GOTO masih dalam tekanan bearish. Oleh karena itu, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan wait and see pada saham GOTO.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai saham GOTO saat ini tidak lagi likuid dengan tren harga yang masih turun. Meski begitu, saham GOTO masih belum diberi peringkat oleh Mirae Asset.
Nafan menilai rencana GOTO melaksanakan pembelian kembali (buyback) saham untuk meningkatkan likuiditas adalah langkah yang baik. Aksi ini diharapkan dapat menjaga psikologi investor dan mendorong pergerakan harga saham menjadi lebih baik.
Akan tetapi, Nafan menilai efek buyback ini bersifat sementara karena akan tergantung pada seberapa besar aliran dana yang masuk. GOTO menyiapkan dana Rp 3,2 triliun untuk membeli kembali sahamnya.
"Kinerja saham GOTO masih menurun, namun buyback perlu untuk melindungi harga saham agar tidak terus mengalami penurunan, terutama jika mendekati level Rp 50. Sejatinya GOTO ini juga termasuk saham dalam special notation, biasanya investor cenderung menghindarinya,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu (12/6).
Nafan menilai investor cenderung lebih menyukai saham-saham yang tidak diberi catatan khusus oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Nafan, secara fundamental, kinerja bottom line GOTO masih merugi, tetapi kerugiannya sudah mulai berkurang dan perlahan menunjukkan adanya perbaikan di sisi top line.
Ia mengatakan pendapatan GOTO terus meningkat berkat peningkatan gross transaction value (GTV) atau gross merchandise value (GMV). Ke depannya, GTV dan GMV berperan penting dalam mengurangi kerugian bersih. “Memang pekerjaan rumah (PR) besarnya seperti itu untuk GOTO. Jadi, kita harus bersabar, mencermati laporan keuangan,” tuturnya.