Bursa Efek Indonesia (BEI) dan analis buka suara soal kenaikan harga saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akhir-akhir ini. Bursa akan meminta perusahaan menyampaikan keterbukaan informasi mengenai alasan di balik lonjakan harga saham perusahaan konstruksi pelat merah itu.
Pada penutupan perdagangan saham sore ini, Senin (8/7), harga saham WIKA terpantau meroket 34,75% ke level Rp 190 per saham dan hampir menyentuh batas atas atau Auto Reject Atas (ARA). Volume saham WIKA yang diperdagangkan tercatat 400,46 juta dengan nilai transaksi Rp 68,09 miliar. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 7,58 triliun. Tak hanya itu, dalam sepekan terakhir, harga saham WIKA sudah melesat 79,25% sedangkan dalam sebulan terakhir kenaikan harga saham WIKA mencapai 71,17%.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian Manullang mengatakan bursa pasti akan meminta keterbukaan informasi kepada perusahaan tersebut. Terkait kemungkinan suspend atau penghentian sementara perdagangan saham, Kristian menilai akan melihat perkembangan saham BUMN tersebut di masa depan.
Ia menegaskan hingga sampai saat ini belum terlihat anomali pada saham infrastruktur itu. “Kita lihat ke depan. Tidak bisa sembarangan suspensi, kemarin baru (melihat) fundamental. Secara objektif kita lihat perilaku transaksinya bagaimana, semua saham kita pantau,” kata Kristian kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (8/7).
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai ada anomali di saham WIKA. Hal ini disebabkan oleh kinerja laporan keuangan emiten BUMN infrastruktur itu belum menunjukkan performa progresif. Selain itu, ada juga masalah aliran kas negatif pada saham BUMN itu.
“Tapi, kalau misalnya emiten-emiten tersebut berkomitmen untuk memperbaiki good corporate governance, ini juga merupakan suatu hal yang memang patut diapresiasi, ya,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Senin (8/7).
Sentimen Positif dari Proyek IKN
Selain itu, Nafan mengatakan kepastian mengenai keberlanjutan program Ibu Kota Nusantara (IKN) memberikan sentimen yang kuat sehingga emiten-emiten infrastruktur naik dalam beberapa hari terakhir.
Meskipun sebelumnya indeks saham-saham sektor infrastruktur melemah, kini pelemahan tersebut mulai berbalik. Kenaikan harga saham bukan hanya terjadi pada WIKA, tetapi juga terlihat pada saham emiten konstruksi lainnya, seperti PT PP Tbk (PTPP) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Harga saham PT PP Tbk (PTPP) melesat 21,69% ke Rp 404 per lembar saham. Dalam sepekan terakhir, harga saham PTPP telah menguat 33,77%. Hari ini harga saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) naik 18,92% ke Rp 264, sedangkan dalam sepekan terakhir saham ADHI sudah naik 24,53%.
Namun, Nafan juga memproyeksikan bahwa investor akan khawatir dengan kinerja laporan keuangan emiten-emiten tersebut karena masih kurang progresif. Selain itu, dinamika arus kas negatif juga mempengaruhi tren penurunan harga saham sektor konstruksi. Untungnya, kata Nafan, harga saham emiten konstruksi saat ini tengah mengalami rebound, berkat sentimen positif dari proyek IKN yang sedang berjalan.
“Tentunya, peruwsahaan konstruksi harus mengurangi potensi terjadi negative cash flow, memang sempat dulu ada wacana terkait dengan merger emiten BUMN konstruksi. Tapi ini masih wacana, ya,” tambahnya.
Di sisi lain, Nafan juga menyebut naiknya saham WIKA disebabkan komitmen emiten BUMN untuk meraih kontrak baru. Menurut Nafan, hal ini membuat emiten berbasis BUMN konstruksi ini relatif berkelanjutan. Misalnya, seperti pekerjaan proyek IKN serta pembangunan proyek strategis nasional lainnya.