Saham UNVR Anjlok Usai Kabar PHK Massal di Eropa, Ini Penilaian Analis

Unilever Indonesia
Kantor Unilever Indonesia.
16/7/2024, 18.37 WIB

Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) anjlok usai Unilever global berencana untuk memangkas sekitar 3.200 karyawan di Eropa jelang akhir 2026. Langkah ini merupakan bagian dari upaya CEO Hein Schumacher demi menghidupkan kembali perusahaan barang konsumen raksasa tersebut.

Adapun saham UNVR terpantau anjlok 4,10% ke Rp 2.810 per lembar pada penutupan perdagangan sore ini, Selasa (16/7), dengan kapitalisasi pasar Rp 107,20 triliun. Saham ini anjlok 19,71% dalam enam hari terakhir, dan 12,19% dalam sebulan terakhir.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan saham UNVR sebenarnya hanya mengalami konsolidasi atau bearish consolidation, dengan level support di Rp 2.750.

“Secara keseluruhan saham UNVR tengah berada dalam tren penurunan. Tapi syukur hanya terbatas pada Rp 2.750 ya kalau saya cermati,” ujarnya kepada Katadata.co.id.

Tak hanya itu, Nafan menyebut bahwa kondisi yang tengah terjadi, seperti geopolitik dan boikot terhadap produk Unilever terkait dengan konflik di Gaza mempengaruhi kapasitas Unilever dalam memperkuat kinerjanya.

Menurutnya, wajar bagi Unilever untuk menerapkan efisiensi bisnis, termasuk melalui PHK massal. Ia menyebut langkah itu sebagai upaya untuk menjaga keberlanjutan perusahaan di tengah kondisi tersebut.

“Tapi ya syukur kondisi tanah air sih alhamdulillah kondusif, kalau so far Unilever bahkan juga bisa mampu memperkuat kinerja fundamentalnya, ya,” ujarnya menambahkan.

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai pemangkasan pekerja di Eropa oleh Unilever global dapat menjadi sentimen negatif yang mempengaruhi psikologi pasar dalam jangka pendek.

“Tetapi juga perlu melihat kinerja keuangan UNVR yang mana jika dilihat pada kuartal I 2024 masih mencatatkan kinerja yang tertekan,” ucapnya kepada Katadata.co.id dihubungi terpisah.

Rencana PHK 3.200 Pekerja di Eropa

Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa CEO Unilever Hein Schumacher tengah mengembangkan rencana untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor setelah turunnya kinerja perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.

Tak hanya itu, Ia menyebut Unilever juga tengah berupaya untuk merampingkan operasinya, dengan memangkas sepertiga karyawan dari total jabatan kantor di Eropa.

"Kami sekarang, dalam beberapa minggu ke depan, akan memulai proses konsultasi dengan karyawan yang mungkin terkena dampak dari perubahan yang diusulkan," ujar juru bicara Unilever dalam sebuah email yang dikutip Reuters.

Adapun pemangkasan ini merupakan bagian dari program produktivitas yang diumumkan pada bulan Maret lalu. Hal ini mencakup rencana untuk melakukan sebanyak 7.500 pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kepala Sumber Daya Manusia Unilever, Constantina Tribou sebelumnya menyatakan dampak neto dari pemangkasan ini di Eropa diperkirakan mencapai antara 3.000 hingga 3.200 orang hingga akhir 2025.

Namun, Kepala Dewan Kerja Eropa Unilever, Hermann Soggeberg mengungkapkan bahwa langkah-langkah ini merupakan pemutusan hubungan kerja terbesar di Unilever dalam beberapa dekade.

Menurutnya, keliru untuk menyebut pemangkasan ini sebagai "Program Produktivitas" karena ini berarti orang-orang yang saat ini bekerja dan produktif akan kehilangan pekerjaan mereka.

Di samping itu, sebelumnya Unilever telah mengambil langkah untuk mengguncang bisnisnya sebagai bagian dari rencananya untuk menghidupkan kembali pertumbuhan. Pada Maret 2024, Unilever memisahkan bisnis es krimnya, yang mencakup merek-merek terkenal seperti Magnum dan Ben & Jerry's.

Menurut Manajer Portofolio di Oberon Investments, Jack Martin, dari perspektif pemegang saham, perombakan ini sangat diperlukan untuk bisnis yang tengah mengalami kinerja buruk. “

"Penjualan bisnis es krim merupakan langkah pertama. Namun, langkah-langkah untuk merampingkan tenaga kerja dalam beberapa bulan ke depan menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan lebih lanjut yang perlu dilakukan untuk memberikan nilai kepada para pemegang saham,” ucapannya.

Namun hingga berita ini diterbitkan, Unilever Indonesia belum merespons apakah pemangkasan karyawan akan terjadi di Indonesia.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila