Laba BRI Naik Tipis Jadi Rp 29,92 T di Semester I 2024, Biaya Pencadangan Naik
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih pada semester pertama 2024 naik 0,95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 29,7 triliun. Kenaikan tipis laba BRI terutama dipengaruhi oleh meningkatnya biaya pemupukan pencadangan yang mencapai Rp 21,4 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan media massa pada Kamis (25/7), kerugian penurunan nilai aset keuangan BRI itu melonjak 50% dibandingkan semester I 2023 sebesar Rp 14 triliun. Di sisi lain, total biaya pencadangan atau cadangan kerugian nilai aset kredit yang dimiliki BRI hanya naik dari Rp 81 triliun menjadi Rp 82 triliun.
BRI mencatat penyaluran kredit BRI hingga paruh pertama tahun ini naik 11,2% secara tahunan mencapai Rp 1.336,78 triliun. Penyaluran kredit paling banyak dikucurkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hingga Rp 1.095,64 triliun dengan komposisi mencapai 81,96%.
Rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross naik dari 2,95% menjadi 3,05% secara konsolidasian atau dari 3,1% menjadi 3,2% untuk entitas BRI saja. BRI pun mencatat rasio pencadangan atau NPL coverage mencapai 211,6%.
Di sisi lain, Bank Rakyat Indonesia membukukan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) 86,59%. Angka ini lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 87,26%. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BRI yaitu 25,13% hingga Juni 2024.
BRI telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 1.389,66 triliun per semester pertama 2024, meningkat 11,61% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 1.245,12 triliun.
Adapun laporan kinerja BRI juga mencatat total aset per Juni 2024 senilai Rp 1.977,37 triliun naik 9,54% secara tahunan atau year on year (yoy).