Indeks bursa Amerika Serikat (AS) berguguran pada perdagangan hari Kamis (1/8). Salah satu indeks wall street, Dow Jones Industrial Average jatuh hampir 500 poin akibat kekhawatiran investor akan resesi.
Dow Jones turun 494,82 poin atau 1,21%, berakhir di 40.347,97. Pada titik terendahnya, indeks ini kehilangan 744,22 poin atau sekitar 1,8%.
S&P 500 juga turun 1,37% dan berakhir di 5.446,68, sementara Nasdaq Composite merosot 2,3% menjadi 17.194,15. Indeks Russell 2000 yang menjadi tolak ukur saham-saham berkapitalisasi kecil turun 3% setelah cenderung menguat akhir-akhir ini.
Pergerakan itu disebabkan beberapa data baru yang memicu kekhawatiran akan kemungkinan resesi dan anggapan bahwa Federal Reserve mungkin sudah terlambat untuk mulai memangkas suku bunga. Klaim pengangguran awal naik paling tinggi sejak Agustus 2023.
Kemudian indeks manufaktur ISM, barometer aktivitas pabrik di AS, berada di 46,8%. Angka tersebut lebih buruk dari yang diharapkan dan merupakan sinyal kontraksi ekonomi. Setelah rilis data tersebut, imbal hasil obligasi 10 tahun turun di bawah 4% untuk pertama kalinya sejak Februari.
Rilis data tersebut muncul sehari setelah para pembuat kebijakan bank sentral memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam dua dekade. Ketua Fed, Jerome Powell, memberi harapan kepada investor dengan mengisyaratkan penurunan suku bunga pada bulan September.
Direktur Pelaksana untuk Wawasan Pasar Global di R.J. O'Brien and Associates, Tom Fitzpatrick, mengatakan data yang keluar sejak pertemuan The Fed membuat orang-orang khawatir bahwa ekonomi mungkin tidak akan pulih dengan mulus. Tak hanya itu, Ia menyebut The Fed mungkin telah bertahan terlalu lama mengambil tindakan untuk menurunkan suku bunga.
“The Fed sekarang lebih cenderung membuat kesalahan yang berbeda karena mereka tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama,” kata Fitzpatrick dikutip CNBC, Jumat (2/8).
Kemudian Kepala ekonom di FWD BONDS, Chris Rupkey, menambahkan bahwa data hari Kamis menunjukkan tanda-tanda penurunan ekonomi di tengah volatilitas. Ia mengatakan bahwa pasar saham bingung apakah harus senang atau khawatir karena kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga tiga kali tahun ini.
“Dan imbal hasil obligasi 10 tahun turun di bawah 4,00%, angin resesi datang dengan kencang," lanjut Rupkey.
Saham-saham yang kemungkinan paling terdampak oleh resesi yakni JPMorgan Chase, yang turun 2,3% dan Boeing yang anjlok lebih dari 6%. Namun, di tengah aksi jual tersebut, beberapa saham berhasil mencatatkan kenaikan. Misalnya platform Meta yang naik 4,8% berkat hasil kuartal kedua yang lebih baik dari perkiraan dan panduan yang optimis.
Saham-saham teknologi besar, seperti Nvidia, juga anjlok. Nvidia, pemimpin chip kecerdasan buatan, turun 6,7% karena investor menarik beberapa chip menjelang pemilihan presiden (Pilpres) AS November mendatang . Meski begitu, Indeks S&P 500 masih naik 14% untuk tahun ini, setelah mencatatkan bulan positif kedelapan dari sembilan bulan terakhir pada bulan Juli.