Bursa Efek Indonesia (BEI) merespons perihal maraknya perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) “sakit” yang tercatat di pasar modal Indonesia.
Di sektor farmasi ada PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) yang kondisinya kurang baik karena laporan keuangan menunjukkan kedua perusahaan membukukan rugi yang signifikan tahun lalu.
Kemudian diikuti oleh dua BUMN Karya dengan utang jumbonya, yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Bahkan pemerintah berencana memangkas jumlah BUMN Karya dari tujuh perusahaan menjadi tiga melalui konsolidasi.
Menanggapi hal itu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan bahwa BEI memiliki Nota Kesepahaman (MOU) dengan BUMN untuk mendukung BUMN dalam meningkatkan skala usaha dan memperbaiki tata kelola perusahaan.
Ia juga menegaskan MOU tersebut juga telah ditandatangani oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan Direktur Utama BEI Iman Rachman. Nyoman menyebut hal itu bertujuan untuk membantu BUMN dan anak perusahaannya dalam mempersiapkan diri.
Pertama, untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dan kedua untuk mempersiapkan diri agar siap masuk ke pasar publik atau melakukan penawaran umum melalui initial public offering (IPO).
“Nah itu kita bantu dan lewat subsidiaries kita namanya Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo),” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (8/8).
Selain itu, Nyoman mengatakan BEI sudah mendukung dan memberikan layanan untuk membantu perusahaan-perusahaan tersebut demi mempersiapkan penerapan Good Corporate Governance (GCG).
Hal itu terutama meningkatkan level mereka agar siap mengeluarkan instrumen di pasar modal. Namun, Nyoman mengatakan hingga kini hal itu membutuhkan proses.
“Untuk perusahaan di pasar modal, kita reguler melaporkan kinerja semua dari subsidiaries dan enterprise perusahaan BUMN yang tercatat di bursa ke Kementerian BUMN,” kata Nyoman.
Penyehatan BUMN Karya
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan rencana penyehatan BUMN karya melalui merger atau konsolidasi. Rencana konsolidasi ini sudah mengantongi restu dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Adapun skema merger BUMN Karya tersebut, Erick berencana menggabungkan PT PP dengan PT Wijaya Karya Tbk yang akan fokus pada pembangunan pelabuhan, bandara, pabrik, dan perumahan.
Kemudian PT Hutama Karya akan digabungkan dengan PT Waskita Karya Tbk. Entitas ini nantinya akan fokus membangun jalan tol, jalan non-tol, bangunan institusi, dan perumahan komersial.
Erick kemudian akan meleburkan tiga BUMN Karya, yakni PT Nindya Karya, PT Brantas Abipraya, dan PT Adhi Karya. Perusahaan ini akan fokus menerima proyek seputar sumber daya air dan rel kereta api.
"BUMN Karya yang terlebur bukan tiba-tiba hilang, masing-masing kan ada keahlian masing-masing," kata Erick dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Maret lalu.