Manulife Aset Manajemen Indonesia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai level 7.800 sampai akhir 2024. Pergerakan IHSG pada tahun ini akan didorong oleh sentimen eksternal, terutama dari arah ekonomi dan moneter Amerika Serikat (AS).
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan menyebut, adanya sentimen pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) pada tahun ini.
Secara rinci, Katarina menjelaskan beberapa data AS yang sangat berpengaruh terhadap arah suku bunga The Fed. Dalam paparannya, ekonomi AS mengalami perlambatan berdasarkan data pengangguran, penjualan retail, data ketenaga kerjaan AS (non-farm payroll) hingga lemahnya pendapatan personal di AS.
''Data-data ekonomi AS pada Juli 2024 juga menunjukkan aktivitas ekonomi yang melandai, sektor tenaga kerja melemah dan ada indikasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September yang semakin terbuka lebar,'' katanya dalam acara Manulife Investment Management, Rabu (14/8).
Menurut Katarina, siklus pelonggaran moneter global telah dimulai pada tahun ini. Bahkan, sebanyak 32% bank sentral dunia telah memangkas suku bunga acuan.
3 Sektor yang Bisa Mendatangkan Cuan
Chief Investment Officer Equity Manulife Aset Manajemen Indonesia, Samuel Kesuma menilai, ada beberapa tiga sektor yang bisa menjadi pertimbangan bagi para investor untuk berinvestasi. Pertama, sektor finansial berpotensi diuntungkan dari arus dana asing, di mana saham-saham big cap biasanya menjadi pilihan pertama.
Selain itu, likuiditas perbankan juga mulai terlihat stabil. "Manulife memperkirakan IHSG akan mencapai level 7.800 pada akhir tahun 2024," katanya.
Menurut Samuel, minat pasar terhadap saham domestik, sejauh ini terpukul oleh era suku bunga tinggi yang membuat aset bebas risiko menjadi sangat menarik. Hal ini seiring dengan siklus penurunan suku bunga, kondisi yang akan berubah dan ini akan membuat pasar saham kembali atraktif jika dilihat dari sudut pandang risiko dan imbal hasil yang ditawarkan.
Hal ini didukung oleh harapan kebijakan pro pertumbuhan dari pemerintahan baru, yang mendorong minat investor terlihat lebih meningkat, terutama dari investor asing yang sudah lebih dulu berinvestasi ke pasar dan membuat posisi arus dana asing kembali positif.
Kedua, ada sektor finansial menjadi yang berpotensi diuntungkan oleh arus dana asing, di mana saham-saham big cap biasanya menjadi pilihan pertama. Ketiga, sektor telekomunikasi baik dari perusahaan penyedia jasa (operator) maupun menara (tower). Dari sisi valuasi, dipandang masih tetap menarik.
Kemudian yang terakhir keempat adalah sektor consumer staples atau yang lebih dikenal dengan FMCG atau fast-moving consumer goods yaitu sektor-sektor yang memproduksi barang-barang kebutuhan harian.