Kasus korupsi tengah menyeret emiten pertambangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Timah Tbk (TINS). Hal ini turut berpengaruh terhadap kinerja dan pergerakan saham dua emiten tersebut.
Sejumlah analis memberi rekomendasi terhadap kinerja kedua saham tersebut ke depan. Hal ini akan menjadi panduan bagi para investor untuk menahan, menjual atau membeli saham TINS serta ANTM.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai PT Timah berpotensi memangkas beban pokok pendapatan sehingga bisa memperbaiki kinerja laba bersih perusahaan. Selain itu, pendapatan perusahaan juga diperkirakan akan meningkat.
Menurutnya, kinerja perusahaan dapat bertahan hingga akhir tahun meski ada tantangan fluktuasi harga timah global. Namun PT Timah berhasil mengoptimalkan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Cina demi mendukung keberlanjutan.
“Semestinya bisa mampu meningkatkan performa penjualan PT Timah,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Kamis (15/8).
Meski secara teknikal, saham TINS berpotensi mudah terkoreksi. Oleh karena itu, ia lebih merekomendasikan hold atau menahan saham tersebut dengan target support berada di kisaran Rp 800.
Sementara sentimen terkait krisis dan kasus korupsi yang membelit PT Timah, Nafan menilai kondisi ini bisa memengaruhi pergerakan saham TINS. “Jadi wajar saja hold secara teknikal analisis,” tambahnya.
Rekomendasi Saham ANTM
Di samping itu, rencana komisioning proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) tahap I di Mempawah, Kalimantan Barat antara Antam dan Inalum akan berdampak positif. Nantinya, Antam-Inalum akan memiliki pangsa saham masing-masing antara 40% hingga 60%.
Nafan menilai kinerja saham ANTM perlu diperhatikan karena pergerakan harga komoditas global, terutama karena harga bauksit dunia cenderung berfluktuasi.
Menurut Nafan, volatilitas harga Antam berdampak positif, tidak hanya nikel, tapi juga harga bauksit dan emas juga naik. Apalagi, permintaan nikel sangat bergantung dari Cina. Jika ekonomi Cina pulih, permintaan nikel bakal meningkat dan hal yang sama berlaku untuk bauksit.
Sebagai komoditas logam penting, bauksit memiliki potensi untuk memberikan nilai tambah pada bisnis Antam. Komisioning Proyek Smelter Grade Alumina (SGAR) ini diharapkan bisa membantu Antam mendiversifikasi operasinya, tidak hanya fokus pada emas dan nikel tetapi juga bauksit.
Namun, Nafan menegaskan bahwa dampaknya lebih bersifat jangka panjang. Untuk semester kedua tahun ini, ia merekomendasikan wait and see pada saham ANTM hingga perkembangan lebih lanjut. “Mungkin kita menantikan kinerja kekuatan ketiga dulu,” ujarnya.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan saham TINS dan ANTM kepada investor. Secara teknikal, rekomendasi saham ANTM adalah speculative buy di harga Rp 1.345-1.400 per lembar saham.
Speculative buy adalah pembelian saham dengan harapannya harganya bisa meningkat di masa depan. Sedangkan untuk saham TINS, lebih baik membeli ketika harga turun di Rp 1.030-1.060 per lembar saham.