Era Suku Bunga Tinggi Berakhir, Ini Dampaknya ke Bursa Saham

Vecteezy.com/Dilok Klaisataporn
Bank-bank sentral di seluruh dunia akan memulai atau melanjutkan penurunan suku bunga pada musim gugur ini, mengakhiri era biaya pinjaman yang sangat tinggi secara historis.
Penulis: Hari Widowati
3/9/2024, 11.08 WIB

Bank-bank sentral di seluruh dunia akan memulai atau melanjutkan penurunan suku bunga pada musim gugur ini, mengakhiri era biaya pinjaman yang sangat tinggi secara historis.

Pada September, Federal Reserve AS (The Fed) hampir pasti akan bergabung dengan Bank Sentral Eropa, Bank of England, People's Bank of China, Swiss National Bank, Riksbank Swedia, Bank of Canada, Bank of Mexico, dan bank-bank lainnya dalam memangkas suku bunga. Suku bunga acuan Fed Fund Rate telah bertahan di level yang tidak pernah terlihat sejak sebelum Krisis Finansial 2007-2008.

Menurut laporan CNBC, pasar uang telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga The Fed. Namun, pekan lalu para investor semakin yakin bahwa pelonggaran akan terus berlanjut.

Pada simposium tahunan Jackson Hole, Gubernur The Fed Jerome Powell tidak hanya mengatakan bahwa sudah waktunya kebijakan bank sentral menyesuaikan diri. Ia juga menekankan bahwa bank sentral sekarang dapat sama-sama fokus untuk melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk menjaga pasar tenaga kerja tetap kuat dan melanjutkan kemajuan inflasi.

Indikator FedWatch CME menunjukkan ekspektasi yang tinggi untuk tiga kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed sebelum akhir tahun. Hal ini akan membuat The Fed sejalan dengan rekan-rekannya, meskipun bergerak kemudian.

Bank Sentral Eropa terlihat memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin setidaknya tiga kali secara total tahun ini. Sementara itu, Bank of England menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin sebanyak tiga kali. Ketiga bank sentral tersebut terlihat akan melanjutkan pelonggaran moneter setidaknya pada awal 2025.

Bagi perekonomian global, aksi bank-bank sentral ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga akan lebih rendah tahun depan, bersamaan dengan berkurangnya tekanan inflasi secara signifikan. Di AS, lonjakan ketakutan akan resesi baru-baru ini sebagian besar telah mereda. Meskipun, ada kelemahan di negara-negara besar yang berorientasi pada manufaktur seperti Jerman, negara-negara seperti Inggris yang lebih berfokus pada jasa mencatat pertumbuhan yang solid.

Apa artinya semua itu bagi pasar masih belum jelas. Saham Eropa, yang diukur pada indeks regional Stoxx 600, rebound pada tahun 2023 dari penurunan pada tahun 2022. Indeks tersebut naik hampir 10% pada tahun berjalan untuk mencapai rekor tertinggi intraday pada hari Jumat (30/8). Di Wall Street, indeks S&P 500 sudah naik 17% pada tahun 2024.

Beat Whittmann, Ketua dan Mitra Porta Advisors mengatakan kepada “Squawk Box Europe” CNBC bahwa indeks volatilitas VIX - yang melonjak di tengah penurunan ekuitas global pada awal Agustus - kembali di bawah rata-rata.

“Pasar, dalam hal momentum harga, valuasi, sentimen, sudah cukup pulih, dan kita akan memasuki periode September dan Oktober yang secara musiman lemah di sini. Jadi, saya memperkirakan pasar yang berombak didorong oleh berbagai faktor, geopolitik, pendapatan perusahaan, dan lain-lain seperti dari sektor AI,” kata Wittmann, Kamis (29/8).

Gejolak juga akan disebabkan oleh koreksi konsolidasi yang terlambat dan beberapa rotasi sektor yang terjadi. "Kelas aset pilihan di sini sangat jelas untuk sisa tahun ini, dan terutama untuk tahun 2025 dan seterusnya, adalah ekuitas,” ujar Wittmann.

Data Pasar Tenaga Kerja AS Tetap Jadi Perhatian

Manpreet Gill, Kepala Investasi untuk Afrika, Timur Tengah dan Eropa di Standard Chartered, menilai data pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis pada 6 September mendatang tetap penting untuk diperhatikan meskipun komentar The Fed tampak mendukung saham.

“Dasar pemikiran kami masih sangat yakin bahwa soft landing [AS] dapat dicapai. Ini hampir menjadi sedikit lebih biner, karena selama kita menghindari risiko penurunan, pertumbuhan pendapatan ekuitas masih sangat mendukung, dan kita telah membersihkan posisi dalam kemunduran baru-baru ini,” kata Gill dalam Capital Connection di CNBC, pada Senin (2/9).

Ia berpikir bahwa ekspektasi penurunan suku bunga merupakan bagian terakhir yang dicari oleh pelaku pasar. "Jadi, secara keseluruhan, kami pikir ini adalah hasil yang positif,” kata Gill, mengacu pada risiko data ekonomi AS yang menyebabkan volatilitas dalam beberapa bulan mendatang.

Arnaud Girod, kepala ekonomi dan strategi lintas aset di Kepler Cheuvreux, mengatakan kepada CNBC bahwa obligasi mengalami musim panas yang kuat dan ekuitas telah pulih. Akan tetapi, investor harus mengambil “lompatan keyakinan” tentang ke mana arah ekonomi AS dan laju penurunan suku bunga.

“Semakin banyak penurunan suku bunga yang Anda dapatkan, kemungkinan [penurunan ini] akan disertai dengan data negatif dan karenanya melemahkan momentum pendapatan sangat tinggi. Jadi sulit untuk terlalu optimis,” katanya.

Sementara itu, pasar saham telah menunjukkan bahwa ada elemen yang tidak peduli dengan suku bunga. Saham-saham emiten teknologi raksasa (Big Tech) telah menguat selama bulan-bulan dengan suku bunga tertinggi. Padahal, menurut kebijaksanaan konvensional seharusnya suku bunga tinggi merugikan pertumbuhan ekonomi dan saham-saham teknologi. Hal ini akan membuat peristiwa-peristiwa seperti pendapatan Nvidia tetap menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh pelaku pasar.