BEI Respons Merosotnya Jumlah Kelas Menengah, Berpengaruh ke Pasar Saham?

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nz
Ilustrasi.
13/9/2024, 21.04 WIB

Bursa Efek Indonesia menilai, menurunnya jumlah masyarakat kelas dalam lima tahun terakhir tak berdampak pada pasar modal. Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, jumlah investor di pasar modal justru meningkat. 

Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional atau Susenas Maret 2024, jumlah kelas menengah turun dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada tahun ini. Sementara itu, data BEI menunjukkan jumlah pasar modal naik berkali lipat dari 2,48 juta pada akhir 2019 menjadi 13 juta investor per Juni 2019.

Jeffrey menyebut, jumlah investor di pasar modal terus meningkat. Ia mencatat sudah ada 1,6 juta investor baru hingga September 2024 dan akan mencapai target 2 juta investor hingga akhir tahun ini. 

Kenaikan jumlah investor pasar modal, menurut dia, antara lain kampanye "Aku Investor Saham" yang dijalankan oleh bursa. Bursa juga menekankan bahwa pasar modal bersifat inklusif dan terbuka untuk semua kalangan, bukan hanya untuk kelas menengah ke atas. 

 “Jadi pertumbuhan investor pasar modal tetap baik,” kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (13/9). 

Otoritas Jasa Keuangan atau OJK sebelumnya menyatakan akan mengantisipasi dampak dari penurunan kelas menengah dan deflasi beruntun yang tengah terjadi di perekonomian Indonesia saat ini. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan, kondisi tersebut belum berdampak kepada industri jasa keuangan.

Menurut Mahendra, penyaluran kredit atau pembiayaan tumbuh seiring inflasi yang masih terjaga. Ia mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2024 juga terjaga di atas 5%. 

“Itu merupakan sesuatu pencapaian yang baik di tengah kondisi global dalam perlambatan pertumbuhan ekonomi juga disertai kondisi ketidakpastian global dalam geopolitiknya," kata Mahendra dalam konferensi pers RDKB, Jumat (6/9). 

Research Analyst di Mirae Asset Sekuritas Abyan Habib Yuntoharjo menyatakan bahwa penurunan kelas menengah mungkin tidak berdampak signifikan terhadap pasar modal. Meskipun investor ritel cukup banyak, ada beberapa institusi yang masih melihat pasar saham sebagai investasi yang menarik. 

Tak hanya itu, ia juga menyebut rencana pemangkasan suku bunga yang baru-baru ini diumumkan juga diharapkan memberi dampak positif, baik bagi investor global maupun domestik. Dengan suku bunga yang lebih rendah, kata Abyan, investor akan lebih berani mengambil risiko dibandingkan sebelumnya dan lebih fokus pada investasi yang lebih aman. 

Dengan demikian, ia menilai penurunan kelas menengah di Indonesia lebih memengaruhi pola konsumsi masyarakat. Biasanya sekitar 60% dari pendapatan masyarakat digunakan untuk konsumsi, sementara sisanya untuk tabungan dan investasi. 

“Jadi tergantung dari konsumer sendiri itu mereka akan menggunakan seperti apa,” kata Abyan dalam Media Day: September 2024 bertajuk “Capitalizing on Rate Cuts: Driving Retail & Stock Market Growth in the 4Q” di Jakarta, Kamis (12/9).

Reporter: Nur Hana Putri Nabila