Emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berencana melakukan spin-off dan menjual seluruh segmen bisnis batu bara termal dari anak usahanya, PT Adaro Andalan Indonesia (AAI). Pasalnya sebagian besar aset dan pendapatan ADRO berasal dari AAI, bahkan kontribusi laba AAI ke ADRO lebih dari 100%.
Apakah aksi korporasi yang dilakukan oleh emiten afiliasi konglomerat RI, Garibaldi ‘Boy’ Thohir akan menyebabkan resiko kerugian pada laporan keuangan Adaro Energy?
Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2024, AAI menyumbang 52,9% dari total aset ADRO. Kemudian laba bersih AAI bahkan melebihi laba bersih ADRO, mencapai 104,8%. Selain itu, kontribusi pendapatan AAI terhadap pendapatan ADRO tercatat sebesar 89,4%.
No. | Komponen Nilai Transaksi Material | AAI (dalam US$ ‘000) | ADRO (dalam AS$ ‘000) | Persentase |
1 | Total aset AAI dibagi total aset Perseroan nilainya sama dengan atau lebih dari 20%. | US$ 5.433.038 | US$ 10.264.46 3 | 52,9% |
2 | Laba bersih AAI dibagi dengan laba bersih Perseroan nilainya sama dengan atau lebih dari 20%. | US$ 922.767*) | US$ 880.189 | 104,8% |
3 | Pendapatan usaha AAI dibagi dengan pendapatan usaha Perseroan nilainya sama dengan atau lebih dari 20%. | US$ 2.656.511 | US$ 2.972.835 | 89,4% |
*) termasuk nonrecurring gain sebesar US$ 322.936 ribu yang dieliminasi pada laba bersih Perseroan.
Tujuan ADRO Jual Saham AAI
Manajemen Adaro mengungkapkan, ADRO berencana memisahkan bisnis tambang dan sejumlah bisnis pendukung di bawah PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) melalui pilar Adaro Minerals dan Adaro Green. Langkah ini bertujuan mempertahankan sinergi kuat dari integrasi bisnis di sektor-sektor yang saling terkait.
Strategi pemisahan ini diharapkan akan memaksimalkan kinerja AAI dan memperkuat pilar bisnis non-batu bara termal, dengan memungkinkan setiap unit usaha fokus pada pengembangan keunggulan inti masing-masing.
Langkah ini juga akan memberikan akses lebih luas bagi bisnis hijau perseroan terhadap berbagai sumber pembiayaan, menekan biaya pendanaan menjadi lebih kompetitif, dan membuka peluang lebih besar untuk terlibat dalam proyek-proyek ramah lingkungan bersama mitra strategis global.
Merespons hal tersebut, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan aksi korporasi tersebut justru tak menyebabkan kerugian pada kinerja keuangan Adaro Energy. Meskipun Adaro Energy melepas anak usahanya, Adaro Andalan Indonesia, Nafan menyebut ADRO masih berperan sebagai perusahaan induk dan investornya juga masih memiliki keterikatan kuat dengan Adaro Energy.
“Jadi ya tetap saja bagi Adaro itu bukan merupakan suatu hal kerugian,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Selasa (17/9).
Kemudian ia juga menyebut tujuan dari langkah ini adalah mendukung transisi energi. Menurutnya AAI bergerak di sektor energi yang tidak ramah lingkungan, maka ADRO perlu melepas AAI.
Ia menilai langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan investor asing terhadap komitmen perusahaan dalam menerapkan ekonomi hijau.
“Untuk menerapkan green energy sebagai bagian dari sustainability bisnis dalam menjalankannya lebih susah tentunya,” tambahnya.
ADRO berencana melepas seluruh saham di PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), yang sebelumnya bernama PT Alam Tri Abadi. Adaro Energy akan menjual hingga 99,99% saham AAI, setara dengan 21,9 juta saham yang tercatat per 30 Juni 2024, atau hingga 7 miliar saham pada 3 September 2024.
Penjualan ini akan dilakukan melalui Penawaran Umum Pemegang Saham (PUPS) kepada seluruh pemegang saham perseroan, dengan harga yang dihitung berdasarkan volume weighted average price (VWAP) atau harga rata-rata tertimbang saham AAI setelah penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penawaran ini ditargetkan bernilai antara US$ 2,45 miliar atau sekitar Rp 37,77 triliun hingga US$ 2,63 miliar atau sekitar Rp 40,54 triliun, dengan kurs yang diasumsikan sebesar Rp 15.419 per dolar AS.