DBS Proyeksi Pemangkasan Suku Bunga Bakal Dorong Kinerja Pasar Modal

Katadata/Hufaz Muhammad
DBS melihat pemangkasan suku bunga The Fed sebagai peluang positif bagi pasar obligasi dan penurunan beban utang di Indonesia, dengan dampak yang menguntungkan bagi ekonomi secara keseluruhan.
30/9/2024, 16.38 WIB

DBS Chief Investment Officer memproyeksikan akan adanya dampak signifikan pada pasar modal Indonesia terkait rencana pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang diperkirakan akan terjadi untuk kedua kalinya pada November 2024.

Senior Investment Strategist Bank DBS, Daryl Ho menjelaskan, penurunan suku bunga akan membawa sejumlah efek, khususnya di sektor obligasi.

Menurutnya, ketika suku bunga dipangkas, hal tersebut akan memengaruhi kurva imbal hasil. Imbal hasil obligasi diperkirakan akan menurun seiring dengan penurunan suku bunga, yang pada akhirnya menciptakan perubahan signifikan pada instrumen keuangan di pasar modal. 

“Hal ini akan menjadi hal positif dari sisi capital gain pada obligasi, imbal hasil naik karena harga obligasi bergerak berlawanan dengan imbal hasil,” kata Daryl dalam Media briefing DBS Chief Investment Officer (CIO) Insights 4Q24 secara virtual, Senin (30/9). 

Daryl juga menambahkan bahwa penurunan suku bunga The Fed bisa berdampak pada pelemahan dolar AS. Kondisi ini, menurutnya, bisa menguntungkan bagi Indonesia yang memiliki beban utang luar negeri cukup besar. Jika dolar melemah, pembayaran utang luar negeri akan menjadi lebih ringan. 

Daryl juga menjelaskan, penurunan suku bunga The Fed bisa melemahkan dolar AS, yang akan menguntungkan Indonesia mengingat besarnya utang luar negeri yang dimiliki.

Jika dolar melemah, Indonesia akan lebih mudah memenuhi kewajiban pembayaran utangnya, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang menerbitkan obligasi. Sebaliknya, jika dolar menguat, Indonesia akan menghadapi kesulitan dalam melunasi utangnya.

DBS juga menyoroti obligasi Indonesia yang memiliki peringkat kredit BBB, yang menawarkan keuntungan menarik bagi investor meski ada risiko. Selain itu, beberapa perusahaan Indonesia menerbitkan obligasi dengan tenor 7 hingga 10 tahun, yang semakin menarik perhatian investor.

Bagaimana Dampak ke Sektor Perbankan?

Senior Investment Strategist Bank DBS, Joanne Goh optimistis pemangkasan suku bunga akan menguntungkan pasar ASEAN dan negara berkembang. Ia menilai dua faktor utama adalah turunnya suku bunga dan melemahnya dolar, yang memengaruhi berbagai kelas aset di ASEAN. 

Ia juga menekankan bahwa saham-saham berkapitalisasi besar menjadi fokus utama. Hal itu karena kenaikan likuiditas di pasar negara berkembang akan menguntungkan bagi pasar saham. Selain itu, sektor dan perusahaan yang sensitif terhadap suku bunga juga akan diuntungkan.

“Di mana mereka biasanya membayar suku bunga yang sangat tinggi dan kini dengan suku bunga yang lebih rendah, mereka akan diuntungkan,” tambahnya. 

Di samping itu, Joanne mengklaim bahwa di pasar ASEAN sektor perbankan masih sangat dominan, di Indonesia sekitar 30% dari pasar ekuitas terdiri dari perbankan dan hal yang sama juga berlaku di Singapura, Thailand, serta Malaysia. Menurutnya, bank akan mendapat keuntungan dari peningkatan likuiditas sebab sering kali menjadi proksi untuk saham berkapitalisasi besar.

Namun, ia juga menyoroti tantangan bagi bank, yakni tekanan yang muncul saat suku bunga lebih rendah. Meski begitu, ia optimistis ekonomi di ASEAN cukup tangguh sehingga pertumbuhan kredit akan mendapat manfaat dari penurunan suku bunga.

“Bank seharusnya tidak terlalu terpengaruh oleh suku bunga yang lebih rendah,” ujarnya. 

Tak hanya itu, Joanne menekankan pentingnya sektor perbankan sebagai indikator ekonomi dan pasar secara keseluruhan. Bank-bank di ASEAN, termasuk di Singapura, Malaysia, dan Thailand, akan mendulang cuan dari masuknya likuiditas. Selain itu, sektor DIRE atau Dana Investasi Real Estat di kawasan ASEAN juga akan diuntungkan dari penurunan suku bunga.

Dengan demikian, ia optimistis Indonesia adalah salah satu pasar utama yang akan berdampak positif dari strategi china plus one berkat aliran investasi asing langsung (FDI) ke sektor hilirisasi komoditas. Selain itu, dengan pasar konsumsi domestik yang besar, Indonesia akan meraup keuntungan dari pelonggaran suku bunga, yang akhirnya meningkatkan konsumsi dan pengeluaran di dalam negeri.

“Secara keseluruhan, pasar Indonesia adalah salah satu pasar favorit DBS sebagai pasar negara berkembang untuk mendapatkan keuntungan dari pemangkasan pajak,” pungkasnya.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila