Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street anjlok pada perdagangan Senin (7/10) akibat kenaikan harga minyak dan lonjakan imbal hasil surat berharga atau treasury AS. Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 398,51 poin atau 0,94% menjadi 41.954,24, S&P 500 turun 0,96% ke 5.695,94 dan Nasdaq Composite anjlok 1,18% ke 17.923,90.
Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun naik lebih dari empat basis poin dan mencapai 4,02% untuk pertama kalinya sejak Agustus. Adapun harga minyak mentah AS melonjak lebih dari 3%, menembus US$ 77 per barel, didorong oleh ketegangan yang terus berlangsung di Timur Tengah.
Chief Market Strategist di B. Riley Wealth, Art Hogan mengatakan bahwa laporan pekerjaan pada hari Jumat telah membantu menyelamatkan Wall Street pekan sebelumnya. Dua faktor utama yang yang menjadi perhatian para investor pada perdagangan awal pekan ini adalah kenaikan imbal hasil obligasi negara dan meningkatnya harga energi.
Ia menilai kondisi tersebut bisa membuat investor khawatir bahwa situasinya mungkin akan menjadi lebih buruk. "Hal ini tentu menjadi alasan bagi investor untuk lebih berhati-hati saat memasuki awal musim laporan keuangan,” kata Wealth dikutip CNBC, Selasa (8/10).
Saham-saham di sektor energi naik sekitar 0,4% dan menjadi satu-satunya sektor dalam S&P 500 yang berakhir di zona hijau. Sedangkan sektor utilitas dan consumer discretionary terkoreksi paling dalam, masing-masing sekitar 2%,
Ada beberapa rilis data penting yang dapat mewarnai pergerakan Wall Street pekan ini, antara lain risalah rapat The Federal Reserve pada Rabu (9/10) dan laporan indeks harga konsumen atau inflasi pada Kamis (10/10). Selain itu, musim laporan keuangan akan semakin aktif, dengan Delta Air Lines dan JPMorgan Chase dijadwalkan merilis laporan keuangannya masing-masing pada Kamis dan Jumat.