Wall Street Melesat Terdongkrak Kinerja Bank, Dow Jones dan S&P 500 Cetak Rekor

Antara
Ilustrasi. Wall Street ditutup di zona hijau pada Jumat (11/10).
Penulis: Agustiyanti
12/10/2024, 08.44 WIB

Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street melesat pada perdagangan Jumat (11/10) terdongkrak laporan keuangan sejumlah bank yang gemilang. Indeks Dow Jones dan S&P 500 bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang massa. 

S&P 500 naik 0,61% ke level 5.815,03, Dow Jones naik 0,97% ke 42.863,86, sedangkan Nasdaq Composite
naik 0,33% ke level 18.342,94. 

Ketiga indeks utama di Wall Street ini juga mencatat kenaikan selama lima minggu berturut-turut. S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melonjak 1,1%, sementara Dow mencatat kenaikan 1,2%.

Saham-saham perbankan raksasa AS melesat setelah dirilisnya laporan kinerja yang kinclong pada kuartal ketiga tahun ini. Harga saham JPMorgan Chase naik 4,4% usai melaporkan kinerja laba dan pendapatan di atas ekspektasi. 

Kondisi yang sama juga terjadi pada saham Wells Fargo yang harganya melonjak 5,6%. Investor mengbaikan kinerja pendapatan bunga bersih yang turun lantaran capaian laba berada di atas ekspektasi. 

“Pendapatan bunga bersih dulunya menjadi penentu apakah bank berkinerja baik atau tidak. Tapi kini investor telah memahami bahwa mereka akan menghasilkan uang di saat baik dan buruk," kata Kim Forrest, kepala investasi di Bokeh Capital Partners.

Wall Street cenderung memandang sektor perbankan sebagai barometer kesehatan ekonomi, yang menentukan arah untuk sisa musim pendapatan. Namun, Forrest mencatat bahwa mereka kurang memiliki visibilitas ke dalam arahan ke depan yang sering memengaruhi pergerakan saham usai rilisnya kinerja laba.

Kinerja saham juga diuntungkan oleh data yang meredakan kekhawatiran bahwa inflasi tidak mereda cukup cepat. Itu termasuk pembacaan indeks harga produsen September yang lebih landai dari yang diperkirakan, setelah indeks harga konsumen meningkat sedikit lebih dari yang diharapkan.

Temuan tersebut mengisyaratkan bahwa Federal Reserve mungkin benar-benar mencapai skenario soft landing atau upaya menurunkan inflasi tanpa menciptakan resesi ekonomi. Target inflasi 2%, menurut para ekonom Goldman Sachs, mungkin sudah ditunjukkan oleh data inflasi September mendatang.

"Secara keseluruhan, angka-angka ini semakin tidak berdampak karena inflasi menurun," kata David Russell, kepala strategi pasar global di TradeStation.

Ia memperkirakn, The Fed masih bisa berada di jalur yang tepat untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada dua pertemuan berikutnya.