Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan tantangan dan peluang perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usahanya untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan bahwa tantangan perusahaan BUMN untuk IPO adalah soal momentum. Ia menilai perusahaan yang kinerjanya bagus di saat kondisi pasar tengah kurang baik akan berdampak negatif jika sembarangan melantai.
“Tapi memang IPO is about timing. Ini saya underwriting, perusahaan yang bagus di saat kondisi market yang jelek, ya juga jelek,” kata Iman di pressroom Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (17/10).
Menurutnya, hal yang penting bagi BUMN untuk IPO adalah momentum yang tepat. Ia mencontohkan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berhasil melakukan IPO ketika industri mereka tengah baik.
Selain fokus pada perusahaan BUMN yang ingin melantai di bursa, BEI juga perlu mempersiapkan pembeli untuk saham IPO. Hal tersebut termasuk bekerja sama dengan lembaga keuangan seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan demikian, Iman berharap bahwa institusi domestik akan lebih aktif dalam membeli saham. Berdasarkan data BEI, saat ini transaksi di pasar menunjukkan bahwa 40% berasal dari investor asing dan 60% dari investor domestik, baik institusi maupun individu.
Ia berharap partisipasi domestik ini akan semakin meningkat, tidak hanya dalam persentase, tetapi juga dalam jumlah saham yang dibeli. "Jadi kami tidak hanya supply market masuk, kalau tidak ada yang beli juga susah,” ujarnya.
Iman mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan edukasi agar perusahaan siap untuk melakukan IPO di waktunya tepat. Ia mencontohkan bahwa saat ini sektor logistik juga memerlukan waktu yang tepat untuk IPO.
“Saya tidak tahu alasan Kementerian BUMN. Tapi kan kita bisa lihat 2023 ada yang masuk, 2024 juga ada yang masuk,” katanya.
Iman mengatakan beberapa sektor mungkin tidak cocok untuk IPO sebab persiapan BUMN berbeda dengan perusahaan swasta. BUMN membutuhkan waktu lebih banyak untuk mempersiapkan IPO termasuk waktu.
Saat ini, terdapat total 37 perusahaan BUMN dan anak usaha BUMN yang sudah melantai di bursa. Perusahaan tersebut terdiri dari 14 perusahaan BUMN dan 23 anak usaha BUMN. Dari jumlah tersebut, 6 perusahaan BUMN berperan sebagai penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sebelumnya, BEI menyatakan bahwa pelaksanaan IPO untuk BUMN bergantung pada kesiapan perusahaan dan anak usahanya. Bursa terus memberikan dukungan dan edukasi terkait IPO.