Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) berfluktuasi pada perdagangan saham hari Senin (21/10) karena imbal hasil (yield) obligasi AS yang menguat dan investor menunggu laporan keuangan terbaru.
S&P 500 turun 0,18% ke level 5.853,98 dan Dow Jones tergelincir 344,31 poin atau 0,8% menjadi 42.931,60, menghentikan tren kenaikan selama tiga hari berturut-turut. Sebaliknya, Nasdaq Composite naik 0,27% dan ditutup di 18.540,01.
Saham konsumen dan perusahaan konstruksi menjadi yang paling tertekan akibat kekhawatiran akan tingginya suku bunga dalam waktu lama.
Saham target anjlok 3,8%, Builders FirstSource turun 5,2%, dan Lennar melemah 4,4%. Tak hanya itu, imbal hasil Treasury 10 tahun melonjak hampir 12 basis poin menjadi 4,19%.
Kepala Strategi Investasi CFRA, Sam Stovall, mengatakan kenaikan imbal hasil obligasi menunjukkan investor percaya bahwa The Fed mungkin akan menunda untuk memangkas suku bunga. Ia menilai hal itu karena kondisi ekonomi AS masih kuat.
"Akibatnya, The Fed kemungkinan akan kesulitan menurunkan inflasi ke target 2% dalam satu tahun ke depan,” kata Stovall dikutip CNBC, Selasa (22/10).
Seiring dengan hal itu, laporan keuangan menjadi fokus utama minggu ini. Sebanyak seperlima perusahaan S&P 500, termasuk Tesla, Coca-Cola, dan GE Aerospace, akan merilis laporan mereka.
Sejauh ini, hasilnya beragam. Berdasarkan data FactSet, dari sekitar 14% perusahaan S&P 500 yang sudah melaporkan kinerja kuartal ketiga, lebih dari 70% melampaui ekspektasi.
Para analis sebelumnya menurunkan perkiraan pendapatan untuk kuartal ini secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut Stovall, meski ia tidak percaya bahwa resesi pendapatan sedang terjadi, ekspektasi kinerja pendapatan sudah sangat rendah. Meski begitu, ia menilai kemungkinan besar tidak ada dampak besar, bahkan jika hasil tidak sesuai harapan.
“Dengan rendahnya ekspektasi pendapatan, kemungkinan besar ini akan menjadi kuartal ke-60 dari 62 kuartal terakhir di mana hasil sebenarnya melampaui perkiraan,” ujarnya.
Namun, sebagian besar investor tetap optimis bahwa ekuitas masih berpeluang untuk terus naik. Meski begitu, investor juga menyadari bahwa valuasi yang semakin tinggi, terutama menjelang pemilihan presiden AS dan meningkatnya risiko geopolitik, bisa menyebabkan potensi penurunan di pasar.