Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkap, perusahaan akan fokus pada pendalaman pasar melalui pengembangan produk dan layanan investasi baru, serta memperluas pasar derivatif keuangan. Salah satu inisiatif utama adalah peluncuran Exchange-Traded Fund (ETF) emas. ETF merupakan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menjelaskan bahwa produk investasi ETF ini diharapkan menjadi alternatif menarik bagi investor yang berminat pada produk berbasis emas.
“Target kita diharapkan di 2025 dan 2026,” kata Iman dalam Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Tahun 2024 secara virtual, Rabu, (23/10).
Iman juga menyebut, rencana kerja untuk 2025 mendatang mencakup beberapa aspek. Pertama, terdiri dari rencana kerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Self-Regulatory Organization (SRO). Kedua, terdapat rencana kerja yang merupakan turunan dari master plan. Ketiga, mencakup rencana kerja untuk continuous improvement atau rencana yang berkelanjutan.
“Di mana total semuanya itu berjumlah 31 rencana kerja," ucapnya.
Kemudian Iman juga menyebut bahwa BEI akan fokus pada pengembangan beberapa rencana kerja untuk meningkatkan likuiditas perdagangan. Termasuk di dalamnya juga untuk melindungi investor, menyediakan layanan data yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, serta menyempurnakan teknologi yang digunakan oleh BEI.
Adapun fokus BEI meliputi beberapa hal, seperti Pembaruan Sistem Perdagangan dan Sistem (PSPP), implementasi Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) Repurchase agreement (Repo), hingga pengembangan liquidity provider saham.
Kemudian BEI juga aka mengembangkan aplikasi pengawasan terintegrasi OJK-SRO, serta pengembangan e-ipo EBUS, dan derivatif keuangan berdasarkan Undang Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Selain itu, ada juga Implementasi Sustainability Linked Bond (SLB), peningkatan Extensible Business Reporting Language (XBRL), dan pemeliharaan Taxonomy, serta pengembangan ETF Emas.
Tak hanya itu, BEI juga akan mengembangkan New SPE-IDXnet, Strategis Jangka Panjang Perusahaan (RSJPP) periode 2026-2030, IDX Market Data System, dan portal edukasi digital. Selanjutnya, BEI juga akan melakukan Pembaruan Sistem Perdagangan (PSP) Bonds, membuat immutable backup untuk data resiliency di area perdagangan dan pendukungnya, implementasi periode non-cancellation, kajian artificial intelligence atau kecerdasan buatan, serta peningkatan transparansi pasar, bersama dengan 13 rencana kerja lainnya.
Target BEI di 2025
Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pendapatan bursa pada 2025 mencapai Rp 1,78 triliun, naik 9,01% dari pendapatan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2024 yang telah direvisi sebesar Rp 1,64 triliun. Bursa juga memproyeksikan laba bersih pada tahun depan akan naik 1,53% menjadi Rp 275,02 miliar dari Rp 270,90 miliar pada 2024.
"Jumlah pendapatan BEI diproyeksikan naik sebesar 9,01% menjadi Rp 1,78 triliun," kata iman.
Iman menambahkan rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio BEI diperkirakan sebesar 81,4%, sedikit lebih rendah dari rata-rata sejak 2014. Adapun total belanja modal atau capital expenditure (capex) BEI diproyeksikan mencapai Rp 511,5 miliar.
Iman mengatakan belanja modal tersebut sebagian besar dialokasikan untuk Pengembangan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), Pembaruan Sistem Perdagangan Obligasi (PSP Bonds), Immutable Backup, SPPA repo, dan New SPE-IDXNet.
BEI juga memperhitungkan kecukupan investasi pada 2024, dengan total kas, setara kas, dan aset keuangan lainnya tetap terjaga di atas Rp 3,1 triliun, meningkat 2,6% dari RKAT 2024. Iman juga memperkirakan total aset BEI akan mencapai Rp 7 triliun dan total ekuitas lebih dari Rp 6 triliun pada akhir 2025.