Laba Emiten Gas Samator (AGII) Susut Rp 29 Miliar di Kuartal III/2024
Emiten gas PT Samator Indo Gas Tbk (AGII) mengalami penurunan laba sebesar Rp 29,09 miliar sepanjang periode Januari hingga September 2024. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 30 September 2024, emiten industri gas terbesar di Indonesia itu mencatat laba Rp 85,8 miliar hingga September 2024.
Jumlah ini susut dibandingkan capaian di periode yang sama di tahun lalu yang mencapai Rp 114,8 miliar. Dengan rincian total laba bruto perseroan tercatat mencapai Rp 955,1 miliar, yang masih tumbuh 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 937,1 miliar. Penyusutan laba terjadi karena adanya beban pokok penjualan dan turunnya penjualan di sektor konsumsi dan retail.
"Sektor barang konsumsi dan ritel mengalami sedikit penurunan di sembilan bulan ini sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat dalam beberapa bulan terakhir," kata Presiden Direktur AGII Rachmat Harsono dalam keterangan resmi, Kamis (31/10).
Meski laba tercatat mengalami penyusutan di sisi lain Samator Indo Gas mencatat peningkatan penjualan sebesar Rp 2,13 triliun meningkat 2,8% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 2,06 miliar
“Total penjualan perseroan tumbuh positif, dengan kontribusi utama dari sektor kesehatan dan infrastruktur. kontribusi pendapatan dari sektor infrastruktur juga menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya aktivitas di sektor konstruksi. Sektor barang konsumsi dan ritel mengalami sedikit penurunan di sembilan bulan ini sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat dalam beberapa bulan terakhir," katanya.
Rachmat menjelaskan, perseroan akan terus mengoptimalkan kinerja perusahaan untuk memenuhi kebutuhan gas industri nasional dengan terus melakukan inovasi dan upaya pengembangan yang berkelanjutan. Seperti yang saat ini dilakukan yaitu, dengan menambah fasilitas plant ke-56 di Batang, yang dilengkapi dengan teknologi terkini dan memiliki kapasitas produksi 7.000 Liquid Oxygen (LOX), 7.000 Liquid Nitrogen (LIN), dan 280 Liquid Argon (LAR).
"Pada bulan Oktober, kami juga telah memulai operasi plant ke-57 kami, yaitu plant hidrogen di Batam, yang sedang dalam proses untuk menjadi plant green hydrogen pertama untuk Samator dan mungkin di Indonesia dengan
teknologi elektrolisisnya," kata Rachmat.
Ia menjelaskan, dampak keuangan yang positif dari kedua plant baru ini akan tercermin dalam laporan keuangan 2024. Ia optimis dapat mempertahankan tren positif pada pertumbuhan pendapatan dengan tetap menjaga komitmen untuk mendukung transisi industri nasional menuju energi yang lebih berkelanjutan.
Usai selesainya plant di Batang dan plant hidrogen di Batam, Perseroan masih terus melanjutkan kegiatan
ekspansi dimana plant ke-58 untuk produksi asetilen di Sofifi saat ini sedang dalam proses pembangunan dan
diperkirakan akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2024.
Selain pabrik baru, penambahan filling stations baru juga ada dalam project pipeline Perusahaan. Selain pertumbuhan penjualan, Samator juga menargetkan perbaikan berkelanjutan dalam proses operasional agar lebih efisien.
“Dengan menyeimbangkan ekspansi produksi dengan inisiatif penghematan biaya, kami berupaya untuk memperkuat kinerja keuangan secara keseluruhan dan menciptakan nilai yang lebih besar bagi para pemangku kepentingan,” ujarnya.
Sektor medis dan infrastruktur sebagai kontributor terbesar dari pertumbuhan penjualan selama sembilan bulan di ahun 2024 perseroan melihat adanya peningkatan permintaan dari sektor kesehatan dan infrastruktur dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Tren ini didorong oleh pertumbuhan jaringan rumah sakit yang sudah ada dan yang baru, serta pertumbuhan permintaan barang industri seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan pembangunan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan yang menargetkan pertumbuhan yang tinggi dan senantiasa responsif terhadap berbagai kebutuhan industri.
Peningkatan jumlah aset untuk pertumbuhan belanja modal pada tanggal 30 September 2024, total aset mencapai Rp 7,98 triliun, meningkat 3,5% dibandingkan dengan posisi pada tanggal 30 September 2023 yang tercatat sebesar Rp 7,71 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan aset tetap yang berasal dari kegiatan ekspansi Perusahaan. Total liabilitas mencapai Rp 4,20 triliun, meningkat 7,9% dibandingkan posisi per 30 September 2023 yang dilaporkan sebesar Rp 3,89 triliun.
Hal ini disebabkan oleh fasilitas pinjaman sindikasi baru yang diperoleh pada bulan Desember 2023, dan sebagian di-offset oleh pelunasan pinjaman bank jangka pendek. Perseroan akan terus fokus untuk meningkatkan produktivitas melalui peningkatan utilisasi aset dan juga meningkatkan profitabilitas melalui berbagai strategi bisnis dan keuangan.