Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan penjelasan mengenai sepinya calon emiten dari sektor teknologi dalam pipeline penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sepanjang 2024. Hingga akhir tahun ini, tidak ada satu pun perusahaan teknologi yang terdaftar dalam pipeline IPO.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan, apakah kinerja keuangan dan pergerakan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) serta PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang kurang baik membuat minat perusahaan teknologi untuk melantai di bursa tahun ini turun?
“Yang saya harapkan satu sisi lain lagi, investor lebih rasional melihatnya,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (12/11).
Ia menilai bahwa dalam menilai performa pasar dan fundamental perusahaan, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Adapun mengenai valuasi harga, Nyoman mengingatkan agar investor tetap rasional dan tidak terjebak dalam euforia untuk membeli saham-saham teknologi.
Menurutnya, penilaian harus kembali pada fundamental perusahaan serta potensi pertumbuhannya, yang harus dievaluasi secara bijak oleh investor.
Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatat kerugiannya susut 55% menjadi Rp 4,31 triliun pada periode Januari-September 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang rugi Rp 9,54 triliun.
Penurunan kerugian ini membuat GOTO optimistis bisa mencapai target EBITDA grup yang disesuaikan impas (breakeven) pada akhir tahun ini. EBITDA adalah laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
Kemudian PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 545,97 miliar per September 2024, turun 23,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 792,78 miliar. Bukalapak.com juga mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) pada dua kuartal mendatang.
Melansir dari laporan kinerja perusahaan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat rugi usaha Bukalapak.com naik 2,11% menjadi Rp 1,32 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,29 triliun. Meskipun rugi, perusahaan berhasil mencatatkan pendapatan bersih Rp 3,39 triliun, naik tipis dari periode kuartal tiga 2023 yaitu Rp 3,33 triliun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan seperti sejumlah kenaikan pos beban akibat penurunan kinerja perusahaan.
Alasan Sektor Teknologi Sepi
Nyoman mengungkap penyebab lesunya minat perusahaan teknologi untuk melantai di bursa sepanjang tahun ini. Dari daftar pipeline penawaran umum perdana saham atau IPO, BEI mencatat ada 29 calon emiten yang bersiap IPO, namun tak satupun berasal dari sektor teknologi.
Selain itu ia menjelaskan bahwa ada dua faktor penting yang perlu diperhatikan ketika membahas sektor tertentu. Pertama, kesiapan para pengusaha, seperti apakah mereka merasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk melantai di bursa. Nyoman mengatakan hingga saat ini, BEI belum menerima perusahaan teknologi yang siap melantai.
Kedua, kondisi pasar dan dinamika bisnis terus berubah. Berbeda dengan tren IPO sebelumnya, sektor teknologi sempat menjadi tren yang berkembang pesat dan banyak perusahaan yang masuk ke pasar pada periode tersebut.
“Nah pada saat krisis kemarin, perusahaan startup yang berbasis teknologi itu appetite dari investor berkurang,” kata Nyoman.
Di samping itu, ia menegaskan bahwa dunia terus berubah. Saat itu tingginya minat atau interest mendorong investor untuk berinvestasi pada instrumen yang menawarkan imbal hasil tinggi, termasuk startup teknologi.
Saat ini, kata Nyoman, dengan penyesuaian suku bunga, seharusnya ada peluang bagi startup untuk kembali berkembang. Namun, keputusan kapan untuk melantai di bursa tetap tergantung pada perusahaan.
“Tapi dari signalling market harusnya perusahaan startup akan tumbuh lagi,” ujarnya.
Meski begitu, Nyoman menyebut BEI proaktif mencari perusahaan teknologi yang potensial untuk IPO. Ia menegaskan tidak membedakan ukuran perusahaan, baik kecil, menengah, atau besar, semuanya dianggap sebagai calon perusahaan tercatat. Tak hanya itu, BEI juga memiliki papan akselerasi untuk perusahaan yang lebih kecil dan program IDX Incubator untuk membina calon IPO yang masih tahap awal.