Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melejit 1,51% seiring dengan jadwal cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi pada Rabu (20/11). Cum dividen merupakan salah satu rangkaian proses pembayaran dividen interim.
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 11.39 WIB, harga saham ke level Rp 10.075. Dari awal perdagangan sahamnya sudah berada di zona hijau dengan Rp 10.075 per saham sebagai level paling tinggi.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 18,57 juta dengan nilai transaksi Rp 186,46 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 6.193 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 1.242 triliun.
Cum dividen merupakan tanggal terakhir bagi investor yang ingin membeli saham tertentu dan berhak untuk mendapatkan dividen perusahaan yang telah diumumkan.
Sementara, jadwal cum dividen di pasar tunai jatuh pada 22 November 2024. BBCA sebelumnya telah memutuskan pembagian dividen interim tunai sebesar Rp 6,16 triliun atau Rp 50 per saham untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2024. Pembagian dividen berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan pada tanggal 14 Maret 2024.
BBCA membukukan laba bersih Rp 41,1 triliun pada sembilan bulan pertama pada 2024, tumbuh 12,8% secara tahunan atau year on year (yoy). Jahja saat itu mengatakan pertumbuhan laba ini ditopang oleh ekspansi pembiayaan berkualitas, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Peningkatan kredit BCA hingga September 2024 merefleksikan komitmen perusahaan dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.
"Kami juga melihat permintaan kredit konsumer yang baik, tercermin dari pelaksanaan BCA Expoversary 2024 dan BCA Expo 2024 yang mampu mengumpulkan total aplikasi KPR dan KKB lebih dari Rp 78 triliun," kata Jahja.
Penyaluran pembiayaan BCA ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi 15,9% yoy mencapai Rp 395,9 triliun. Kredit komersial naik 11,8% yoy menjadi Rp 135,3 triliun sedangkan kredit usaha kecil menengah (UKM) tumbuh 14,2% yoy hingga Rp 120,1 triliun.