Praktisi Pasar Modal: IHSG 8.000 di 2025 Masih Jauh dari Harapan

Nur Hana Putri Nabila/Katadata
Ekonom Keuangan dan Praktisi Pasar Modal, Hans Kwee
28/11/2024, 18.35 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG terpantau lesu jelang akhir 2024. Berdasarkan RTI Business, IHSG tercatat turun 4,88% dalam sebulan terakhir dan terkoreksi sebanyak 5,23% dalam tiga bulan terakhir. 

Ekonom Keuangan dan Praktisi Pasar Modal, Hans Kwee, mengingatkan agar pasar tidak terlalu berharap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menembus level 8.000 pada 2025. Menurutnya, pasar cenderung akan cukup bergejolak, seperti yang terjadi saat Donald Trump terpilih sebagai presiden, di mana volatilitas pasar berlangsung selama sebulan setelahnya.

“Mungkin kita belum bisa mengharapkan 8.000 pada tahun depan, tapi rasanya 7.700 itu IHSG kita bisa bergerak ke atas,” kata Hans kepada wartawan saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis, (28/11).

Hans menjelaskan bahwa investor cenderung wait and see karena Donald Trump memiliki pengaruh besar terhadap pasar. Ia mencatat bahwa meskipun tren suku bunga diperkirakan akan turun, dengan kemungkinan kenaikan terbatas oleh Federal Reserve tahun depan, langkah-langkah Trump seperti mendorong deregulasi dan prioritas domestik sebelumnya telah membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi AS.

Namun, Hans menambahkan bahwa arah pasar sangat bergantung pada kebijakan tarif yang diterapkan Trump. Jika tarif yang dikenakan tinggi dan memicu balasan dari negara lain, hal ini bisa berdampak negatif pada ekonomi global. Sebaliknya, jika tarif tetap moderat di sekitar 10%, ia menilai IHSG diperkirakan masih memiliki peluang untuk bergerak naik.

Di samping itu, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati, mengatakan IHSG sampai akhir tahun masih berpeluang ke level 7.300 dan paling optimistis ke level 7.400.

“Jadi range 7.300 sampai 7.400 dari Desember 2023 ke Januari 2024,” ujar Ike. 

Ike mengatakan tahun depan masih bisa kembali ke 7.800. Ia menyebut penurunan saat ini diperkirakan bersifat sementara karena Indonesia baru mengganti presiden. 

“Dan juga kebijakannya masih tebak-tebakan,” tambah Ike. 

 Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG turun 0,49% atau 35,42 poin ke level 7.210 pada penutupan perdagangan saham sesi pertama hari ini, Kamis (28/11).  

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan nilai transaksi saham siang ini mencapai Rp 5,76 triliun dengan volume 15,16 miliar saham dan frekuensi sebanyak 645.355 kali. Sebanyak 226 saham menguat, 318 saham terkoreksi, dan 239 saham tidak bergerak. 

Adapun kapitalisasi pasar IHSG sesi pertama siang ini mencapai Rp 12.164 triliun. Tak hanya itu dari sebelas sektor saham yang ada di BEI, delapan sektor terpantau turun. Saham-saham energi mencatat penurunan terbesar mencapai 2,72%. Adapun sektor tersebut yang berada di zona merah yakni PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) anjlok 24,80%.  

Di sisi lain, bursa saham Asia bergerak variatif. Indeks Nikkei naik 0,80%. Sementara Shanghai Composite terkoreksi 0,30% hingga Hang Seng tergelincir 1,51%.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila