PT Pos Indonesia memberikan tanggapan terkait kemungkinan untuk mencatatkan sahamnya melalui penawaran umum perdana initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama Pos Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi, menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada arahan dari pemegang saham untuk melantai di BEI. Ia menegaskan bahwa rencana IPO Pos Indonesia sepenuhnya bergantung pada keputusan pemegang saham.
“Sampai hari ini belum ada arahan pemegang saham, jadi kami tidak menyiapkan apa-apa untuk IPO,” kata Faizal kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/1).
Meskipun begitu, Faizal mengungkapkan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang logistik ini tentunya menyiapkan fundamental perusahaan. Ia juga mengatakan akan terus menjaga performa agar ketika pemerintah BUMN meminta untuk IPO, perusahaan sudah siap
“Jadi suatu saat pemegang saham bilang IPO kita siap. Makanya kita jaga terus performansi kita,” ungkapnya.
BEI Bocorkan Kisi-kisi IPO BUMN
Bursa Efek Indonesia (BEI) membocorkan ihwal pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Lagi proses,” singkat I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian dan Pengembangan BEI di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (9/1).
Nyoman sebelumnya juga mengungkapkan ada tiga perusahaan mercusuar atau lighthouse company baru yang akan mencatatkan sahamnya dalam penawaran umum perdana saham melalui initial public offering tahun depan.
Lighthouse company merupakan perusahaan mercusuar yang ditargetkan bursa setiap tahun. Perusahaan tersebut memiliki dua karakteristik, yaitu minimum kapitalisasi pasar sebesar Rp 3 triliun dan realisasi free float minimal 15%.
Ia menyebut tiga calon emiten beraset jumbo itu berasal dari sektor bahan baku, energi, dan kesehatan.
“Prosesnya di 2024, tetapi karena kelengkapan laporan keuangan dan dokumen membuat calon emiten itu masuk di 2025,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12) lalu.
22 Emiten Antre IPO
Di sisi lain otoritas BEI membeberkan total terdapat 22 perusahaan dalam antrean atau pipeline pencatatan saham BEI. Klasifikasi aset perusahaan merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017.
Berdasarkan data BEI, terdapat satu perusahaan skala kecil atau aset di bawah Rp 50 miliar yang masuk dalam pipeline. Kemudian dua perusahaan dalam pipeline tergolong skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar. Lalu 19 perusahaan aset skala besar atau aset diatas Rp 250 miliar.
"Sampai dengan 3 Januari 2025 telah tercatat 0 Perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dana dihimpun Rp 0 triliun," tulis Nyoman dalam laporannya, dikutip Senin (6/1).
Berikut jumlah emiten yang tengah mengantre IPO berdasarkan sektornya:
- 3 perusahaan dari sektor material dasar
- 1 perusahaan dari sektor konsumer siklikal
- 5 perusahaan dari sektor konsumer non siklikal
- 3 perusahaan dari sektor energi
- 2 perusahaan dari sektor finansial
- 3 perusahaan dari sektor kesehatan
- 3 perusahaan dari sektor industri
- 0 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 2 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 0 perusahaan dari sektor teknologi
- 0 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik