Saham Chandra Asri (TPIA) Mendadak Ambruk 5,23% Jelang Agenda Penting ini

Dok. Chandra Asri
PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), penyedia solusi energi, kimia, dan infrastruktur terkemuka di Asia Tenggara, berhasil mempertahankan peringkat \"B\" dalam Carbon Disclosure Project (CDP) untuk Perubahan Iklim.
11/6/2025, 14.34 WIB

Saham emiten salah satu orang terkaya di Indonesia Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mendadak ambruk jelang agenda Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan hari ini, Rabu (11/6) di Jakarta. 

Pada perdagangan saham sesi pertama siang ini, Rabu (11/6), Padahal sebelumnya TPIA sempat melesat 9,92% ke Rp 10.525  pada Selasa (10/6).  

Adapun pada sesi I hari ini, volume yang diperdagangkan tercatat 20,25 juta dengan nilai transaksi Rp 205,59 miliar dan kapitalisasi pasarnya Rp 862,95 triliun. 

Ada beberapa agenda penting dalam RUPS hari ini. Pemegang saham akan menyetujui laporan tahunan perusahaan dan laporan pengawasan Dewan Komisaris, sekaligus mengesahkan laporan keuangan untuk tahun buku 2024.

Selain itu, RUPS juga akan memutuskan besaran gaji, honorarium, serta tunjangan bagi jajaran Direksi dan Dewan Komisaris untuk tahun buku 2025. Agenda lainnya mencakup penunjukan Kantor Akuntan Publik yang akan mengaudit laporan keuangan tahun depan, serta perubahan atas penetapan penggunaan laba bersih perusahaan untuk tahun buku 2018.

Perubahan susunan pengurus perseroan juga menjadi salah satu poin penting yang akan dibahas, di samping penyampaian laporan realisasi penggunaan dana hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) III yang telah dilaksanakan pada tahun 2021.

Bagaimana Kinerja Keuangannya?

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, PT Chandra Asri Pacific (TPIA) mencatatkan rugi bersih sebesar US$25,64 juta pada kuartal pertama 2025. Nilai itu setara Rp 423,7 miliar dengan asumsi kurs Rp16.522 per US$.

 Nilai kerugian itu sebenarnya sudah menyusut 22,58% dari periode sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar US$33,12 juta atau Rp 547,34 miliar.

Kendati merugi, pendapatan perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu itu justru mengalami peningkatan. Tercatat, pendapatan sebesar US$622,09 juta atau Rp10,27 triliun pada kuartal I 2025, naik 31,82% (yoy) dari kuartal I 2024 sebesar US$471,91 juta atau Rp7,79 triliun.

Beban penjualan emiten TPIA ini pun terpantau berkurang, dari US$15,01 juta pada kuartal I 2024 menjadi US$10,1 juta pada kuartal I 2025.

Sebagai perusahaan petrokimia—umumnya menjual bahan yang digunakan sebagai bahan baku industri lain, terutama industri plastik, karet—TPIA memasarkan produknya ke dalam dan luar negeri.

Untuk penjualan lokal, ada polyolefin US$273,92 juta; styrene monomer US$60,94 juta; butadiene US$38,36 juta; olefin US$24,18 juta; dan daya listrik serta jasa kelistrikan lainnya US$23,7 juta. Total penjualan lokal sebesar US$421,14 juta.

Sementara penjualan ke luar negeri di antaranya, olefin US$160,26 juta; butadiene US$2,6 juta; MTBE dan butene-1 US$20,2 juta; polyolefin US$11,29 juta; dan styrene monomer sebesar US$786 ribu. Jumlah penjualan ke luar negeri sebanyak US$195,16 juta.

Chandra Asri mencatatkan aset sebesar US$6,05 miliar pada Maret 2025, naik dari sebelumnya US$5,65 miliar pada Desember 2024. Komponen aset Maret 2025 itu antara lain liabilitas sebesar US$2,99 miliar dan ekuitas US$3,05 miliar.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila