Sinyal Akuisisi dan Aksi Hero Global Investment (HGII) ke Proyek Energi Sampah
Emiten berbasis energi baru dan terbarukan (EBT), PT Hero Global Investment Tbk (HGII) memberi sinyal ekspansi agresif lewat rencana akuisisi. Perusahaan melirik proyek pembangkit listrik tenaga sampah atau waste to energy (WtE).
Direktur Utama Hero Global Investment (HGII), Robin Sunyoto, menyatakan perusahaan tengah meninjau proyek Waste-to-Energy (WtE) dengan membidik peluang pengolahan sampah menjadi energi bersih. Menurut Robin rencana ini menjadi peluang strategis di sektor energi terbarukan.
Bagi HGII, proyek pengolahan sampah menjadi energi dinilai memiliki potensi bisnis sekaligus solusi lingkungan. Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk mengurangi timbunan sampah kota dan meningkatkan bauran energi baru terbarukan di Indonesia.
“Namun kami juga menyadari bahwa proyek ini membutuhkan kajian yang mendalam,” kata Robin kepada Katadata.co.id, dikutip Senin (29/9).
Langkah baru yang kini disasar HGII berjalan seiring dengan rampungnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara menyatakan lelang pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) juga kemungkinan dibuka akhir tahun ini.
Mengenai kemungkinan ikut lelang proyek WtE yang dikerjakan Danantara, Robin menyebut HGII masih mempertimbangkan dan menunggu Perpres WtE diterbitkan. “Menantikan Perpres terbit dan lelang dibuka untuk dipelajari persyaratannya,” ucap Robin.
Rencana Akuisisi dalam Waktu Dekat
Tak hanya menyasar proyek sampah menjadi energi, manajemen Hero Global sebelumnya juga menyatakan tengah menyiapkan langkah lanjutan dalam perluasan bisnis. Perusahaan meninjau peluang akuisisi pembangkit listrik mini hidro (PLTMH) baru yang sudah memiliki perjanjian jual beli listrik atau power puchase agreement (PPA) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
Langkah ini untuk mendukung target tambahan kapasitas pembangkit sebesar 100 MW pada 2031 mendatang. Adapun terkait progresnya, Robin mengatakan rencana akuisisi saat ini dalam tahap due diligence, kami melaksanakan proses dengan tata waktu yang ketat untuk memenuhi jadwal yang direncanakan.
“Hasil dari proses ini diharapkan positif sehingga dapat mengambil keputusan akuisisi pada akhir tahun 2025,” ucap Robin.
Seiring dengan aksi korporasi, emiten energi terbarukan berbasis pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) itu juga optimistis mencapai target kinerja semester kedua 2025. Optimisme ini didorong datangnya musim hujan di wilayah hulu aliran sungai yang menjadi sumber pasokan air bagi pembangkit perusahaan.
Robin menyebut berdasarkan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan, Sumatera Utara diperkirakan memasuki musim hujan pada September 2025. Di wilayah itu, terdapat PLTM Parmonangan 1 dan 2 di Tapanuli Utara, masing-masing dikelola anak usaha HGII, PT Seluma Clean Energy (SCE) dan PT Bina Godang Energi (BGE).
“Musim hujan akan memperbaiki faktor produksi kami, sehingga kinerja semester II diharapkan lebih kuat dengan dukungan potensi hidro di Sumatera yang sangat besar,” kata Robin.
Tak hanya itu, Robin mengatakan apabila mengacu pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, Sumatra memiliki potensi energi hidro terbesar di Indonesia. Sebanyak 47% wilayah di pulau ini sudah memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber listrik. Namun, secara nasional, pemanfaatan potensi hidro baru baru mencapai sekitar 6%.
“Meski begitu hingga akhir tahun, strategi kami adalah memastikan proyek berjalan sesuai rencana serta menjaga disiplin finansial untuk memperkuat kepercayaan investor,” ucap Robin.