Emiten Happy Hapsoro BUVA Ungkap Rencana Akuisisi Anak Usaha Summarecon (SMRA)
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), emiten yang dikendalikan pengusaha Happy Hapsoro, mengungkapkan rencana ekspansi besar di sektor perhotelan. Perseroan tengah menyiapkan akuisisi mayoritas saham anak usaha Summarecon Agung Tbk (SMRA) senilai Rp 175 miliar, di tengah lonjakan harga sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam surat resmi kepada BEI, BUVA menyampaikan akan mengambil alih 55% saham PT Bukit Permai Properti (BPP) dari dua entitas anak PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), yakni PT Summarecon Bali Indah dan PT Bali Indah Development. Akuisisi akan dilakukan seiring dengan rencana BUVA melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) I atau right issue.
“Dengan pengambilalihan mayoritas saham BPP, maka Perseroan akan menjadi Pengendali BPP,” tulis manajemen BUVA dalam keterbukaan informasi yang diteken Direktur Utama BUVA, Satrio, seperti dikutip Rabu (8/10).
BPP diketahui memiliki aset hotel dan lahan premium di kawasan Pecatu, Bali. Langkah ini menjadi bagian dari rencana strategis BUVA memperkuat portofolio hotel mewah di destinasi wisata unggulan.
“Strategi sinergi operasional yang akan diterapkan Perseroan antara hotel-hotel eksisting dan aset yang diakuisisi melalui BPP adalah integrasi dalam aspek manajemen, pemasaran, dan operasional,” tulis Satrio lagi.
Perseroan menyebutkan sinergi dengan anak usaha SMRA akan didukung investasi infrastruktur untuk menciptakan nilai tambah serta memperkuat posisi Perseroan di industri perhotelan. BUVA menilai kawasan Pecatu merupakan kawasan wisata dengan pasar premium atau luxury travellers dengan menyajikan pengalaman berlibur dan pelayanan personalized.
Strategi Perseroan untuk membedakan posisi produknya dari kompetitor hotel lain di area Pecatu adalah dengan memanjakan mata para tamu melalui pemandangan dan desain. Meski begitu manajemen BUVA belum bisa menjelaskan rencana pengembangan di kawasan Pecatu tersebut.
Gunakan Dana dari Hasil Rights Issue
Lebih jauh, manajemen BUVA mengatakan dana akuisisi sebesar Rp 175 miliar akan bersumber dari hasil penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) I yang sedang dalam proses persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Proses pendaftaran rights issue ini telah disampaikan BUVA ke OJK pada 10 September 2025.
Manajemen menegaskan penentuan harga akuisisi masih menunggu hasil penilaian dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP). “Proses penilaian oleh penilai independen masih dalam proses penyelesaian. Metode valuasi dan opini kewajaran akan disampaikan sebelum transaksi dilakukan,” tulis BUVA.
BUVA menargetkan proses akuisisi BPP selesai paling lambat pada 31 Desember 2025. Setelah transaksi rampung, perusahaan baru akan menyusun rencana kontribusi keuangan dari entitas yang diakuisisi.
Selain akuisisi, BUVA juga menyiapkan pengembangan bisnis di dua lini utama yaitu akuisisi lahan di sekitar hotel eksisting dan revitalisasi hotel yang sudah beroperasi. Kedua strategi ini diharapkan memperkuat daya saing dan meningkatkan pendapatan operasional.
“Revitalisasi hotel bertujuan untuk memperbarui dan meningkatkan kualitas fasilitas hotel agar lebih kompetitif, mampu menarik lebih banyak tamu, dan menaikkan tarif kamar,” tulis manajemen.
Pasar Merespons Positif
Seiring dengan rencana right issue, harga saham BUVA melonjak di pasar modal. Dalam satu bulan harga saham BUVA sudah naik 123% dari Rp 336 pada 8 September menjadi Rp 750 pada perdagangan Rabu (3/10).
Lonjakan harga saham BUVA dalam beberapa pekan terakhir dinilai perusahaan sebagai cerminan optimisme pasar terhadap strategi ekspansi. Meski begitu Bursa Efek Indonesia menggembok perdagangan saham BUVA atas alasan kehati hatian.
“Apresiasi positif dari pasar kemungkinan berkaitan erat dengan keterbukaan informasi terkait PMHMETD I dan keyakinan investor terhadap strategi pertumbuhan yang dirancang Perseroan,” tulis BUVA.
Selain itu manajemen membenarkan pengendali BUVa telah melakukan penjualan sebagian saham pada September lalu. Namun mereka menyebutkan penjualan saham tersebut tidak berkaitan dengan rencana jangka panjang perusahaan.
Manajemen menjelaskan pelepasan sebagian saham dilakukan untuk realisasi keuntungan dan menambah free float untuk masyarakat. Dalam jangka menengah, BUVA berencana memperluas portofolio hotel ke wilayah lain di Bali serta kawasan wisata potensial seperti Lagoi dan Tarabitan.