Program prioritas Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG) turut menyumbang sentimen terhadap harga saham di sektor makanan olahan, terutama bagi perusahaan produsen unggas. Di antara emiten tersebut yang menjadi sorotan  adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).

Sejak diluncurkan pada awal tahun lalu, program MBG menjadi sorotan publik karena merupakan salah satu janji kampanye utama Presiden Prabowo. Tepat hari ini, Senin (20/10), Indonesia genap satu tahun di bawah kepemimpinan Prabowo–Gibran.

Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 335 triliun untuk program MBG tahun 2026, meningkat hampir lima kali lipat dari tahun ini sebesar Rp 71 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk mendistribusikan makanan bergizi kepada 82,9 juta penerima, yang terdiri dari siswa sekolah, ibu hamil, dan balita. Program ini diharapkan mampu memperbaiki gizi masyarakat sekaligus menurunkan angka stunting nasional.

Japfa Comfeed telah menyatakan secara terang keterlibatannya dalam program MBG. Perusahaan agro-pangan tersebut memproduksi pakan ternak, unggas, ikan, udang, daging sapi hingga produk olahan makanan.

Direktur Japfa, Rachmat Indrajaya mengatakan, program MBG sejalan dengan misi pemerintah untuk memperkuat perekonomian masyarakat. Ia menilai inisiatif tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja dan harga saham Japfa.

“Adanya program makan bergizi gratis ini berdampak positif ke Japfa itu sendiri,” kata Rachmat dalam Public Expose JAPFA di Jakarta, awal bulan lalu. 

Sentimen tersebut turut tercermin pada kinerja saham JPFA. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham JPFA melonjak 49,69% secara tahunan (yoy) dan naik 24,74% sejak awal tahun. Saham Japfa bahkan sempat mencatatkan harga tertinggi dalam lima tahun terakhir di level 2.450 pada perdagangan sesi I hari ini.

Namun, dari sisi kinerja keuangan, Japfa mencatatkan penurunan penjualan bersih 0,6% yoy menjadi Rp 27,48 triliun pada semester pertama 2025. Laba bersihnya juga turun 16,43% yoy menjadi Rp 1,23 triliun dari Rp 1,47 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Kepala Riset dan Ekonomi Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menilai saham Japfa masih lebih menarik dibandingkan emiten unggas lainnya bila disangkut pautkan dengan sentimen MBG.
“Kami masih merekomendasikan JPFA, karena prospeknya lebih menjanjikan dibandingkan CPIN,” ujar Rully seperti dikutip Senin (20/10). 

Berbeda dengan Japfa, kinerja saham Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) belum terlalu terdongkrak. Secara tahunan, harga saham CPIN tercatat terkoreksi 3,33%, meski masih menguat 3,57% sejak awal tahun.

Dari sisi fundamental, CPIN membukukan laba bersih Rp 1,90 triliun atau naik 7,48% yoy pada semester pertama 2025 dibanding semester tahun lalu sebesar Rp 1,76 triliun. Penjualan neto juga meningkat tipis 0,3% yoy menjadi Rp 33,06 triliun. Penjualan pakan ternak tumbuh 19,30% yoy menjadi Rp 9,17 triliun, sementara penjualan anak ayam usia sehari (DOC) melonjak 31,22% yoy menjadi Rp 1,33 triliun.

Meski demikian, penjualan ayam pedaging dan ayam olahan masing-masing turun 7,03% dan 7,91% yoy, menjadi Rp 16,35 triliun dan Rp 5,56 triliun. Penjualan lain-lain naik 2,06% menjadi Rp 662 miliar.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Karunia Putri