GOTO Catat Pendapatan hingga Kuartal III 2025 Naik 14%, Rugi Susut Jadi Rp 775 M
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatatkan pendapatan dalam sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp 13,29 triliun, naik 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy). Rugi bersih GOTO pun menyusut 82% secara yoy menjadi Rp 775,55 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, GOTO juga berhasil menekan biaya dan beban sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini dari Rp 13,71 triliun pada Januari-September 2024 menjadi Rp 13,51 triliun.
Raksasa teknologi ini pun mencatatkan laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kalinya pada kuartal ketiga ini sebesar Rp 62 miliar.
“Pada kuartal ketiga, kami mencatatkan tonggak sejarah baru dengan mencapai laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kali sebesar Rp 62 miliar,:” ujar Direktur Utama Grup GoTo Patrick Walujo dalam siaran pers, Rabu (29/10).
Direktur Keuangan Grup GoTo Simon Ho menjelaskan, kinerja kuartal ketiga perusahaan mencerminkan kemajuan berkelanjutan dalam efisiensi dan disiplin keuangan di seluruh bisnis.
“Kami mencapai rekor lain untuk EBITDA Grup yang disesuaikan dan menghasilkan arus kas bebas yang disesuaikan positif, didukung oleh pertumbuhan pendapatan dan manajemen biaya yang disiplin,” ujarnya.
GOTO mencatatkan laba sebelum bunga, pajak, penyusutan dan amortisasi (EBITDA) grup yang disesuaikan pada kuartal ketiga 2025 mencapai Rp 516 miliar, naik 239% secara tahunan. Sedangkan secara kumulatif dalam sembilan bulan pertama tahun ini, EBIDTA yang disesuaikan mencapai Rp 1,34 triliun, berbalik dibandingkan rugi Rp 79 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Kinerja kinclong GOTO ditopang oleh layanan teknologi finansial atau Go Pay dan on-demand service atau Gojek. Layanan teknologi finansial mencapai rekor EBIDTA yang disesuaikan Rp 136 miliar, naik 201% secara tahunan. Sedangkan layanan on demand service mencatatkan EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp 336 miliar, naik 115% yoy.
Raksasa teknologi ini juga mencatatkan arus kas bebas yang disesuaikan positif sebesar Rp 247 miliar. Adapun. Imbalan jasa e-commerce GoTo dari PT Tokopedia mencapai Rp 211 miliar pada kuartal ketiga.
Perseroan juga mempertahankan posisi kas dan neraca yang solid. Per 30 September 2025, GoTo memiliki Rp 18 triliun (US$ 1,1 miliar) dalam bentuk kas, setara kas, dan deposito jangka pendek.
Kerek Target Kinerja
Kinerja yang kinclong pada kuartal ketiga 2025 mendorong GoTo menaikkan pedoman EBITDA yang disesuaikan tahun 2025 dari Rp 1,4 triliun - Rp 1,6 triliun menjadi Rp 1,8 triliun - Rp 1,9 triliun.
Patrick menjelaskan, kenaikan pedoman ini menegaskan kepercayaan terhadap kemampuan perusahaan untuk menciptakan pertumbuhan berkelanjutan dan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan.
“Fokus kami tetap jelas yaitu untuk memberikan solusi yang konsisten, menyenangkan dan hemat biaya bagi konsumen sembari memaksimalkan penghasilan mitra pengemudi dan mitra pedagang,” kata Patrick.
GOTO Grup mencatatkan Gross Transaction Value (GTV) pada kuartal III 2025 naik 43% secara menjadi Rp 102,8 triliun. Pengguna Bertransaksi Tahunan (ATU) di Indonesia naik 33% menjadi 61,1 juta setara dengan 30% dari jumlah penduduk dewasa.
Perseroan juga terus mengembangkan inisiatif kecerdasan buatan (AI). Model Bahasa Besar (LLM) lanjutan telah memulai pelatihan di sepanjang kuartal ketiga dan memberikan efisiensi yang lebih tinggi dengan menggunakan lebih sedikit GPU serta mengungguli model 70 miliar parameter sebelumnya.
GoTo juga meluncurkan platform AI internal bersama yang menyediakan akses terstandarisasi ke GPU, model, dan komponen yang dapat digunakan kembali, yang akan meningkatkan kecepatan pengembangan dan mengurangi biaya seiring waktu.
AI secara bertahap diintegrasikan ke seluruh ekosistem, yang pada akhirnya memungkinkan peningkatan pengalaman pengguna secara signifikan serta pengurangan waktu peluncuran pasar dan biaya.
GOTO mencatat, AI dan Otomatisasi (Automation) membantu meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 6% di sepanjang kuartal karena waktu tanggapan awal berkurang dan penyelesaian masalah tercapai lebih cepat. Uji coba dalam operasi penagihan perseroan juga menunjukkan kinerja dan pembayaran kembali yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pihak ketiga, dengan biaya layanan yang lebih rendah.