Membanding Derita BUMN Konstruksi PTPP, WIKA, WKST, ADHI, Ada yang Berbalik Rugi
Kinerja emiten konstruksi pelat merah masih belum beranjak dari tekanan. Sepanjang periode Januari–September 2025, empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor ini yaitu PT PP Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan penurunan tajam pada kinerja keuangan mereka.
Bahkan, beberapa di antaranya berbalik rugi setelah sempat membukukan laba pada periode yang sama tahun lalu. Pelemahan tersebut menunjukkan bahwa tekanan likuiditas dan tingginya beban keuangan masih menjadi momok bagi emiten konstruksi BUMN.
Selain mencatatkan penurunan laba, pendapatan keempat perusahaan juga tergerus signifikan. Hal ini mencerminkan perlambatan proyek serta terbatasnya arus kas dari pekerjaan pemerintah maupun swasta.
Data laporan keuangan kuartal III 2025 memperlihatkan kondisi yang cukup kontras. PTPP mencatat laba bersih Rp 5,55 miliar, anjlok 97,92% secara tahunan dengan pendapatan turun 23,33% menjadi Rp 10,73 triliun.
WIKA membukukan rugi bersih Rp 3,21 triliun, berbalik dari laba tahun lalu, dengan pendapatan susut 27,54%. WSKT juga masih merugi Rp 3,17 triliun, sedangkan ADHI hanya mampu mencetak laba tipis Rp 4,42 miliar, turun 93,62% dibandingkan tahun sebelumnya.
| Perusahaan | Laba/Rugi Kuartal III 2025 | % YOY | Pendapatan | % YOY |
| PT PP Tbk (PTPP) | Laba Rp 5,55 Miliar | -97,92% | Rp 10,73 Triliun | -23,33% |
| PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) | Rugi Rp 3,21 Triliun | -533% | Rp 9,09 Triliun | -27,54% |
| PT Waskita Karya Tbk (WSKT) | Rugi Rp 3,17 Triliun | -5,6% | Rp 5,28 Triliun | -22% |
| PT Adhi Karya Tbk (ADHI) | Laba Rp 4,42 Miliar | -93,62% | Rp 5,65 Triliun | -38,28% |
PT PP Tbk (PTPP)
Emiten BUMN Karya, PT PP (Persero) Tbk atau PTPP, mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,55 miliar pada kuartal III 2025. Laba bersih ini anjlok hingga 97,92% dari kuartal III tahun lalu (year-on-year/yoy) yang sebesar Rp 267,28 miliar.
Sejalan dengan itu, pendapatan usaha perusahaan pelat merah ini turun 23,33% (yoy) menjadi Rp 10,73 triliun pada kuartal III 2025. Penurunan pendapatan terjadi hampir di seluruh segmen usaha. Pendapatan terbesar masih disumbangkan oleh jasa konstruksi sebesar Rp 8,83 triliun.
Lalu disusul segmen EPC Rp 781,80 miliar, properti dan realty Rp 540,08 miliar, serta pendapatan keuangan atas konstruksi aset keuangan konsesi Rp 247,32 miliar.
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Kemudian PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengantongi rugi bersih Rp 3,21 triliun hingga kuartal III 2025. Angka ini berbanding terbalik dari laba bersih Rp 741,43 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, pendapatan bersih WIKA juga tercatat Rp 9,09 triliun per September 2025, turun 27,54% dari Rp 12,54 triliun pada periode sama 2024. Secara rinci, segmen usaha infrastruktur dan gedung sebesar anjlok 40,42% yoy jadi Rp 3,58 triliun.
Diikuti segmen usaha industri merosot juga 25,36% yoy, jadi Rp 2,63 triliun, segmen energi dan industrial plant Rp 2,3 triliun, hotel Rp 203,78 miliar, realty dan properti Rp 192,33 miliar, dan investasi Rp 174,62 miliar.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
Lalu Waskita membukukan rugi sebesar Rp 3,17 triliun pada kuartal ketiga tahun 2025. Rugi emiten konstruksi ini menebal 5,6% dibandingkan rugi perseroan pada kuartal ketiga tahun 2024, yakni Rp 3 triliun.
Merujuk laporan keuangan yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia, rugi Waskita berasal dari merosotnya pendapatan perseroan sepanjang periode Januari sampai September 2025 tahun ini. Waskita mencatatkan pendapatan turun menjadi Rp 5,28 triliun dari Rp 6,78 triliun pada periode yang sama secara tahunan atau year on year (yoy).
Secara rinci, pendapatan Waskita sepanjang tahun ini sampai dengan September 2025, perseroan mengalami penurunan pendapatan hampir di seluruh segmen usaha. Seperti pendapatan jasa konstruksi turun menjadi Rp 3,76 triliun dari Rp 4,75 triliun pada kuartal ketiga tahun 2024 lalu.
Lalu segmen penjualan precast turun menjadi Rp 506,58 miliar dari Rp 923,07 miliar secara yoy, segmen pendapatan jalan tol naik tipis menjadi Rp 859,39 miliar dari Rp 834,62 miliar secara yoy dan segmen pendapatan properti turun menjadi Rp 43,88 miliar dari Rp 133,50 miliar secara yoy.
Kemudian, segmen penjualan infrastruktur lainnya turun menjadi Rp 34,03 miliar dari Rp 51,99 miliar secara yoy, segmen pendapatan hotel turun menjadi Rp 70,91 miliar dari Rp 79,87 miliar secara tahunan dan segmen sewa gedung dan peralatan turun menjadi Rp 6,64 miliar dari Rp 8,52 miliar secata yoy.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
Terakhir emiten kontraktor pelat merah, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) membukukan laba bersih sebesar Rp 4,42 miliar hingga kuartal ketiga 2025. Torehan tersebut anjlok 93,62% dibandingkan dengan laba bersih ADHI pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 69,32 miliar.
Merujuk laporan keuangan kuartal ketiga yang disampaikan perseroan, turunnya laba bersih ADHI searah dengan berkurangnya pendapatan yang perusahaan peroleh sepanjang periode Januari - September 2025. Pendapatan ADHI susut menjadi Rp 5,65 triliun dari Rp 9,16 triliun secara tahunan atau year on year (yoy).
Lebih jauh, pendapatan ADHI masih didominasi dari usaha konstruksi. Adapun nilai pendapatan ADHI dari segmen bisnis ini hingga September 2025 sebesar Rp 4,63 triliun, turun 35,69% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 7,20 triliun.
Kemudian pendapatan dari usaha properti dan pelayanan sebesar Rp 256,65 miliar, usaha manufaktur sebesar Rp 552,53 miliar, usaha investasi dan konsesi sebesar Rp 211,84 miliar.