Ada Opsi Waskita (WSKT) Go Private, Ini Kata Analis

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/nym.
Ilustrasi.
Penulis: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti
6/11/2025, 15.25 WIB

Skenario restrukturisasi PT Waskita Karya Tbk (WSKT) tengah digodok dengan sejumlah opsi, antara lain mencakup perubahan status menjadi perusahaan tertutup atau go private setelah proses merger rampung. Namun, Co-Founder PasaRDana sekaligus analis pasar modal Yohanis Hans Kwee menilai, rencana men-delisting atau penghapusan saham WSKT dari Bursa Efek Indonesia kurang ideal.

“Kalaupun harus memilih go private, ya memang ya itu keputusan pemerintah gitu. Tetapi, menurut saya, seharusnya dibiarkan go public,” kata Hans kepada wartawan di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Kamis (6/11).

Hans menilai, masalah pada perusahaan BUMN Karya ini sudah muncul sejak era kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang gencar membangun infrastruktur dan ekspansi.

“Dalam 10 tahun terakhir, pembangunan infrastruktur kita agak berlebihan,” ujarnya.

Pembangunan tersebut, menurut Hans, belum merupakah hal mendesak yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini menyebabkan tingkat pengembalian proyek rendah.

"Sehingga menjadi masalah bagi perusahaan Karya tadi,” kata dia.

Hans pun menilai, pemerintah perlu menyelamatkan emiten-emiten BUMN Karya yang sebenarnya bermasalah karena arahan pemerintah.

Adapun kajian terkait merger perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya, khususnya WSKT masih dalam tahap pembahasan dan ditargetkan selesai paling lambat tahun depan. Namun, prosesnya berpotensi terkendala karena saham Waskita Karya saat ini masih disuspensi. Penyelesaian suspensi tersebut bergantung pada pelunasan utang obligasi perusahaan.

Dari sisi pendanaan, Waskita masih menanggung beban usaha yang tinggi, terutama dari kepemilikan sejumlah aset jalan tol. Saat ini, perusahaan tengah berupaya menjual seluruh aset tersebut untuk memenuhi kewajiban kepada para kreditur.

Kinerja Keuangan WSKT Hingga Kuartal III 2025

WSKT membukukan rugi sebesar Rp 3,17 triliun pada kuartal ketiga tahun 2025. Rugi emiten konstruksi ini menebal 5,6% dibandingkan rugi perseroan pada kuartal ketiga tahun 2024, yakni Rp 3 triliun. 

Merujuk laporan keuangan yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia, rugi Waskita berasal dari merosotnya pendapatan perseroan sepanjang periode Januari sampai September 2025 tahun ini. Waskita mencatatkan pendapatan turun menjadi Rp 5,28 triliun dari Rp 6,78 triliun pada periode yang sama secara tahunan atau year on year (yoy).

Bila menilik rincian pendapatan Waskita hingga September 2025, perseroan mengalami penurunan pendapatan hampir di seluruh segmen usaha. Pendapatan jasa konstruksi turun menjadi Rp 3,76 triliun dari Rp 4,75 triliun pada kuartal ketiga tahun 2024 lalu.  

Segmen penjualan precast turun menjadi Rp 506,58 miliar dari Rp 923,07 miliar secara yoy, segmen pendapatan jalan tol naik tipis dari Rp 834,62 miliar menjadi Rp 859,39 miliar dan segmen pendapatan properti turun dari Rp 133,5 miliar menjadi Rp 43,88 miliar.

Kemudian, segmen penjualan infrastruktur lainnya turun dari Rp 51,99 miliar menjadi Rp 34,03 miliar, segmen pendapatan hotel turun dari Rp 79,87 menjadi Rp 70,91 miliar dan segmen sewa gedung dan peralatan turun dari Rp 8,52 miliar menjadi Rp 6,64 miliar. 

Seiring dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan perseroan juga turun dari Rp 5,78 triliunan menjadi Rp 4,30 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Karunia Putri