Menilik Aksi Sederet Emiten Prajogo BRPT, PTRO, BREN hingga CUAN, Mana Menarik?
Grup usaha Prajogo Pangestu kembali menjadi sorotan pasar modal lewat sederet aksi korporasi anak-anak usahanya. Dari energi baru terbarukan, pertambangan, hingga petrokimia, emiten dalam genggaman konglomerat yang dijuluki “raja petrokimia” itu terus memamerkan ekspansi agresif di tengah volatilitas ekonomi global.
Manuver yang dilakukan Barito Pacific Group dinilai bukan hanya memperkuat diversifikasi bisnis, tetapi juga menjadi sinyal strategi jangka panjang dalam menjaga pertumbuhan berkelanjutan di berbagai lini usaha. Dalam beberapa pekan terakhir, lima emiten utama grup PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) kompak mengumumkan pembaruan kinerja dan rencana ekspansi.
Dari pengembangan kapasitas geothermal hingga akuisisi jaringan SPBU Esso di Singapura, langkah-langkah tersebut menunjukkan bagaimana Barito Group menjaga relevansi bisnisnya di tengah pergeseran global menuju ekonomi hijau dan diversifikasi energi. Aksi ekspansi ini juga memperlihatkan pergeseran model bisnis Prajogo Pangestu dari sekadar konglomerasi industri berbasis komoditas menjadi kelompok usaha yang menitikberatkan inovasi dan integrasi lintas sektor.
Di tengah sentimen campuran pasar modal, investor kini mencermati seberapa besar langkah-langkah tersebut bisa menopang pertumbuhan laba jangka menengah, sekaligus memperkuat posisi grup di sektor energi dan infrastruktur kawasan. Bagaimana aksi dari emiten di bawah Grup Barito, mana yang menarik?
Gerak Lincah PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
Sebagai induk usaha, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) telah merealisasikan belanja modal atau capital expenditure hingga US$ 480 juta atau sekitar Rp 8,03 triliun (kurs Rp 16.729 per dolar AS) sepanjang Januari–September 2025.
Direktur Barito Pacific, David Kosasih, menjelaskan sebagian besar alokasi belanja modal digunakan untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi yang dikembangkan oleh anak usaha perseroan, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
“Mayoritas memang merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk beberapa proyek, ada pembangunan pabrik, peningkatan kapasitas juga di aset geothermal kami utamanya, juga beberapa akusisi yang kami lakukan di tahun ini," kata David dalam public expose secara virtual, Rabu (12/11).
Di samping itu, perusahaan dirumorkan akan mencatatkan perdana saham atau IPO anak usahanya yang di bidang properti, PT Griya Idola hingga ada rencana untuk mengakuisisi saham PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA).
Merespons hak itu, ia mengatakan pihaknya selaku induk usaha hingga kini belum berencana membawa Griya Idola melantai di BEI. Ia menegaskan, Barito Group masih akan mempersiapkan perusahaan yang nantinya akan dibawa ke publik.
“Hal itu untuk memastikan bahwa segalanya sudah siap, kira-kira seperti itu,” ucap David.
David mengatakan Griya Idola menjadi perusahaan properti yang berfokus pada segmen residential, office tower, industrial estate, dan hospitality yang juga turut menunjang operasional dari bisnis inti Barito Pacific.
Kemudian David juga menegaskan tak ada rencana untuk mengakuisisi anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) tersebut. “Kami perjelas tidak ada rencana untuk mengakuisisi perusahaan ini (NRCA),” ucap David dalam paparan publik Rabu (12/11).
Akorbat PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN)
Emiten tambang batu bara milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (PTRO) tengah menyiapkan strategi pertumbuhan pendapatan melalui akuisisi, baik secara organik maupun anorganik di sektor pertambangan dan energi.
Direktur Utama CUAN Michael mengatakan, langkah ini untuk mempercepat diversifikasi bisnis dan memperkuat posisi perseroan di pasar domestik maupun internasional, sekaligus memastikan keberlanjutan usaha jangka panjang.
“Dalam mendorong akuisisi ini, perusahaan memiliki kerangka kerja atau framework yang menjadi penopang utama,” kata Michael dalam paparan publik CUAN secara virtual pada Rabu (12/11).
Ia menjelaskan, arah pengembangan perusahaan dalam lima tahun ke depan akan bertumpu pada dua pilar utama. Pertama, memperkuat fondasi bisnis pertambangan melalui optimalisasi tambang eksisting dan pengembangan tambang baru, termasuk cucu usaha yang bergerak di sektor tambang emas, PT Intam.
Kedua, memperluas portofolio ke sektor jasa pertambangan, konstruksi, dan infrastruktur di dalam maupun luar negeri. Langkah ini diharapkan memberikan operating leverage bagi grup, sekaligus menyeimbangkan pendapatan dan arus kas perusahaan agar lebih stabil dan tidak terlalu bergantung pada fluktuasi harga komoditas.
Siasat Baru PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)
Emiten energi baru terbarukan (EBT) ini berencana meningkatkan portofolio bisnisnya di bidang pengembangan pembangkit panas bumi (geothermal) mencapai 910,3 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga angin (wind farm) sebesar 78,75 MW.
Direktur Utama BREN Tan Hendra Soetjipto mengatakan, kedua lini bisnis ini masih akan menjadi fokus utama perseroan dalam jangka menengah dan panjang. Dia juga tidak menutup kemungkinan BREN akan berekspansi di sektor energi baru terbarukan (EBT) lainnya.
“Tergantung sektor-sektor lain di luar geothermal dan wind farm memberikan tingkat ekonomi return menarik atau tidak. Tapi tetap fokus kami mengembangkan portofolio itu [geothermal dan wind farm],” kata Hendra dalam paparan publik virtual, Selasa (11/11).
Kemudian BREN membidik total kapasitas pembangkit listrik mencapai 2.300 MW pada 2032. Salah satu cara mencapai target tersebut adalah dengan mengembangkan empat proyek strategis yang sedang dieksekusi. Empat proyek tersebut yakni:
- Proyek Wayang Windu Unit 3 dengan proyeksi tambahan kapasitas lebih dari 30 MW, ditargetkan rampung pada kuartal keempat 2026
- Proyek Salak Unit 7 dengan tambahan lebih dari 40 MW, diproyeksikan selesai pada kuartal keempat 2026.
- Wayang Windu Unit 1 dan 2 Retrofit akan menambah 18,4 MW dan ditargetkan tuntas pada kuartal keempat 2025.
- Proyek Darajat Unit 3 Retrofit akan menambah lebih dari 7 MW setelah selesai pada 2026.
Lalu BREN juga akan menyiapkan modal belanja atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 250 juta dolar atau sekitar Rp 4,17 triliun (kurs Rp 16.698 per dolar AS) pada tahun depan.
Jurus PT Petrosea Tbk (PTRO) Kebut Kinerja
Nilai kontrak emiten konglomerat RI Prajogo Pangestu PT Petrosea Tbk (PTRO) mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 4,3 miliar atau sekitar Rp 71,39 triliun (kurs Rp 16.603 per dolar AS) hingga semester pertama 2025.
Direktur Petrosea Ruddy Santoso menyampaikan bahwa nilai kontrak baru perusahaan mencatatkan rekor dengan pertumbuhan 60% secara tahunan (year on year/yoy). Kedepan, Petrosea akan terus memperluas diversifikasi pelanggan dan sektor industri agar tidak bergantung pada satu sektor saja.
“Diharapkan kinerja perusahaan akan tetap resilient terhadap fluktuasi harga komoditas,” ucap Ruddy dalam public expose secara virtual, Senin (6/10).
Perusahan juga gencar mendorong pertumbuhan inorganik yang ditempuh melalui akuisisi strategis. Setelah mengakuisisi Hafar dan HBS Group, Petrosea menargetkan torehan pendapatan hingga US$ 991 juta atau sekitar Rp 16,76 triliun usai mengakuisisi Grup Hafar melalui PT Petrosea Engineering Procurement Construction.
Ruddy Santoso mengatakan, pendapatan PTRO diproyeksikan naik 43% menjadi US$ 991 juta atau sekitar Rp 16,46 (kurs: 16.614 per dolar AS) pada 2025. Sedangkan pada tahun depan, pendapatan PTRO berpotensi meroket hingga 41% menjadi US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 23,24 miliar.
Menurut Ruddy, tren pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahunan (CAGR) yang mencapai 8% selama periode 2019–2024. EBITDA perseroan juga diperkirakan mencapai US$ 306 juta dengan margin 22% pada 2026.
“Hal ini mengalami peningkatan yang signifikan dari posisi EBITDA margin sebesar 15% pada tahun 2024,” kata Ruddy dalam paparan publik secara virtual, Senin (6/10).
Adapun setelah proses akuisisi Hafar dan HBS Group, pendapatan dari luar Indonesia diramal mencapai 2% pada 2025 dan meningkat menjadi 6% pada 2026. Selain itu, unit bisnis EPCI lepas pantai diperkirakan menyumbang 4% dari pendapatan pada 2025 dan naik menjadi 6% pada 2026. Sementara itu, kontribusi lini jasa pertambangan diproyeksikan terus meningkat hingga 62% pada 2026, seiring dengan kuatnya pertumbuhan organik dari bisnis inti perusahaan.
PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) Perkuat Lini Usaha
Kemudian PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sale and Purchase Agreement) untuk mengakuisisi jaringan stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) bermerek Esso milik ExxonMobil di Singapura.
Akuisisi ini akan dilakukan melalui special purpose vehicle (SPV) di bawah anak usaha yang sepenuhnya dimiliki Chandra Asri Group. Transaksi ini masih menunggu persetujuan dari otoritas terkait dan ditargetkan rampung pada akhir 2025.
Aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang Chandra Asri Group, yang berfokus pada pengembangan infrastruktur energi terintegrasi guna memperluas pasar solusi energi dan mobilitas di Singapura dan kawasan Asia Tenggara.
Stockbit Sekuritas menyampaikan bahwa dalam earnings call kuartal ketiga 2025 pada Rabu (5/11), Chandra Asri Pacific menegaskan akuisisi jaringan SPBU ritel merek Esso di Singapura dari ExxonMobil diperkirakan menambah pendapatan sekitar US$ 500 juta atau sekitar Rp 8,34 triliun. Transaksi ini juga disebut akan langsung berkontribusi positif terhadap laba bersih dan arus kas operasional TPIA.
“Rencana akuisisi ini juga diharapkan menambah recurring revenue yang stabil dari pasar SPBU ritel di Singapura yang memiliki margin tinggi, sehingga dapat membantu menyeimbangkan portofolio bisnis petrokimia TPIA yang siklikal,” demikian penjelasan Stockbit dalam Stockbit Snips, dikutip Jumat (7/11).
Jaringan SPBU Esso di Singapura mencakup sekitar 60 lokasi, terdiri dari 27 lahan dengan kepemilikan penuh dan 33 lahan sewa. Berdasarkan jumlah lokasi maupun volume penjualan bahan bakar, dengan total penjualan mencapai sekitar 2,4 juta barrel bahan bakar per tahun. Esso saat ini merupakan pemimpin pasar SPBU di Singapura.