Wall Street Melemah Tertekan Koreksi Saham Nvidia dan Efek Gelembung AI
Bursa saham Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (20/11) waktu setempat. Reli yang sempat dipicu oleh kinerja kuat Nvidia memudar, sementara investor kehilangan harapan bahwa Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga pada Desember.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 386,51 poin atau 0,84% ke posisi 45.752,26, setelah sempat reli lebih dari 700 poin pada sesi tertinggi. Indeks S&P 500 terkoreksi 1,56% dan berakhir di level 6.538,76. Nasdaq Composite melemah lebih dalam, turun 2,16% ke 22.078,05.
Pembalikan arah saham Nvidia menjadi penekan utama pasar. Saham produsen chip tersebut sempat melonjak hingga 5% setelah melaporkan kinerja kuartalan di atas ekspektasi dan memberikan proyeksi penjualan kuartal keempat yang optimis.
Namun pada akhir sesi, saham Nvidia berbalik turun 3%. CEO Nvidia Jensen Huang menegaskan permintaan chip Blackwell masih sangat tinggi dan menepis anggapan adanya gelembung kecerdasan buatan (AI).
“Gelombang Nvidia mulai mereda dengan semakin kecilnya kemungkinan penurunan suku bunga di bulan Desember,” ujar Jeff Kilburg dari KKM Financial, dikutip CNBC, Jumat (21/11).
Ia menambahkan bahwa pasar sebelumnya mengharapkan pemangkasan suku bunga, namun narasi tersebut kini berubah.
Kekhawatiran mengenai valuasi saham-saham AI kembali mencuat, terutama jika The Fed tidak melanjutkan pemangkasan suku bunga. Saham AMD dan Nvidia menjadi yang paling tertekan pada perdagangan Kamis.
Sentimen pasar juga dipengaruhi laporan ketenagakerjaan September yang tertunda akibat penutupan pemerintahan AS. Data tersebut menunjukkan penambahan 119.000 lapangan kerja, lebih tinggi dari proyeksi ekonom.
Berdasarkan perdagangan berjangka dana federal, peluang The Fed memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini turun menjadi kurang dari 40% sentimen negatif bagi investor yang berharap suku bunga lebih rendah.
Pelemahan pada Kamis melanjutkan tren koreksi pada saham-saham teknologi dan AI sepanjang bulan ini. Nvidia diperkirakan menutup November dengan penurunan hampir 11%, menjadi performa bulanan terburuk sejak Maret.
Di sisi lain, saham Walmart menguat sekitar 6% setelah mencatat pertumbuhan penjualan dan pendapatan kuartal III yang melampaui ekspektasi, ditopang oleh ekspansi bisnis e-commerce.
Kenaikan saham Walmart yang dianggap sebagai saham defensif mencerminkan rotasi investor dari saham teknologi ber valuasi tinggi menuju aset yang lebih aman.
“Pasar membutuhkan waktu untuk mencerna posisi yang diinginkan terkait perdagangan pertumbuhan versus nilai, serta paparan terhadap risiko,” kata Thomas Martin, Senior Portfolio Manager Globalt Investments.