Napas Baru Aneka Tambang (ANTM) di Gunung Emas Pongkor
Dari balik bukit hijau Pongkor, Jawa Barat, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tengah menata ulang masa depan salah satu tambang emas terbesar di Tanah Air. Upaya memperpanjang umur “gunung emas” itu ditempuh lewat eksplorasi lanjutan dan strategi penambangan yang lebih presisi, sembari mempercepat reklamasi dan memperkuat ekonomi warga sekitar agar kawasan tetap hidup melampaui masa produktif tambang.
Area tambang ini hanya berjarak sekitar 80 kilometer dari Jakarta. Di kawasan inilah logam mulia emas yang menjadi simbol kemewahan dan nilai kekayaan diolah menjadi komoditas bernilai tinggi. Tak hanya dipakai sebagai perhiasan, emas juga dimanfaatkan sebagai alat tukar hingga instrumen investasi yang kini tengah digandrungi masyarakat.
Tambang Pongkor saat ini menyimpan cadangan (reserves) mencapai sekitar 166 ribu ounce atau setara 5,16 ton emas. Adapun total sumber daya (resources) yang masih berpotensi ditambang mencapai 649 ribu ounce, atau kurang lebih 20,19 ton emas.
CSR & External Relations Bureau Head Antam UBP Emas Arif Rahman Saleh menjelaskan, Antam juga terus melakukan eksplorasi untuk memastikan keberlanjutan operasi di Pongkor, selain tetap melakukan aktivitas penambangan. Saat ini, cadangan yang telah tervalidasi diperkirakan dapat mendukung operasi hingga sekitar empat tahun ke depan, sesuai izin yang berlaku.
“Angka itu adalah cadangan yang sudah terdata dan bisa dipastikan. Namun eksplorasi terus berjalan, jadi tidak menutup kemungkinan umur tambang akan bertambah,” kata Arif di Sentul, Bogor ketika ditemui beberapa pekan lalu.
Ia menjelaskan, terdapat sejumlah faktor yang dapat memperpanjang masa umur tambang. Pertama, pergerakan harga emas yang menjadi salah satu penentunya. Ia menyebut material dengan kadar rendah yang saat ini belum ekonomis berpotensi menjadi layak ditambang jika harga emas terus meningkat.
Kedua, perkembangan teknologi berperan penting. Inovasi di bidang penambangan dan pengolahan dapat meningkatkan efisiensi. Hal ini membuat material berkadar rendah tetap dapat diproses secara ekonomis.
Arif mengatakan, ore yang untuk saat ini dikategorikan sebagai waste tetap disimpan dengan baik. Menurutnya material tersebut suatu saat akan menjadi ekonomis.
“Jadi ada berbagai aspek yang bisa mempengaruhi umur tambang, mungkin saja kalau di seluruh dunia tidak ada cadangan emas, itu (ore yang dikategorikan waste) menjadi ekonomis,” ucap Arif.
General Manager Gold Mining Business Unit UBP Emas Antam Nilus Rahmat menyampaikan, kegiatan eksplorasi juga menjadi langkah utama untuk menjaga keberlanjutan operasional tambang. Dengan kapasitas yang ada saat ini, sisa umur Tambang Emas Pongkor diperkirakan masih mencukupi hingga tahun 2031.
Adapun dalam pelaksanaannya, ia menyebut Antam memiliki empat titik eksplorasi utama atau front area yang terus dikembangkan, yaitu Gudang Handak, Kubang Cicau, Ciguha, dan Ciurug. Tak hanya itu, ia mengatakan ambang Emas Pongkor saat ini masih mampu memproduksi sekitar satu ton emas per tahun.
"Tapi masih cukup dengan kapasitas yang ada saat ini, kita masih bisa sampai di 2031, bahkan lebih dari 2031, bisa lebih," kata Nilus ketika ditemui di Pongkor Oktober 2025 lalu.
Di sisi lain, Antam juga tengah mengkaji rencana akuisisi tambang emas baru, baik di dalam maupun luar negeri. Hal itu seiring dengan sisa cadangan emas di tambang bawah tanah Pongkor, Jawa Barat, yang kini tersisa sekitar 5 ton
Direktur Komersial Antam Handi Sutanto mengatakan, pihaknya kini masih menilai aspek keekonomian dari sejumlah tambang yang potensial. Ia menjelaskan, Antam juga mempertimbangkan peluang akuisisi melalui perusahaan afiliasinya. Namun, Handi enggan mengungkapkan di mana wilayah tambang tersebut hingga rencana itu juga belum akan direalisasikan pada tahun ini.
“Tapi mungkin di tahun depan karena udah tinggal tiga bulan nih, kajiannya banyak kan,” kata Handi ketika ditemui di Indonesia International Sustainability Forum, Jakarta Convention Center (JCC), dikutip Selasa (14/10).
Hingga September 2025, total biaya eksplorasi awal Antam mencapai Rp 176,95 miliar. Kegiatan eksplorasi tersebut difokuskan pada tiga komoditas, yaitu emas, nikel, dan bauksit. Adapun untuk komoditas emas, Antam mengeksplorasi di Pongkor, Jawa Barat. Di area tersebut, perusahaan fokus pada kegiatan pengeboran yang mencakup in-mine drilling (bawah tanah) dan deep drilling (permukaan).
Proses Pengolahan Emas Batangan Antam
Proses pengolahan bijih emas di Tambang Pongkor dimulai dari area crushing, tempat material bijih dihancurkan sebelum dipindahkan melalui belt conveyor menuju fine ore bin. Pada tahap ini, bijih dipisahkan menjadi ukuran halus dan kasar. Material kasar dialirkan kemudian dihancurkan ke proses penghancuran.
Sementara bijih halus kemudian masuk ke unit bowl mill untuk digiling hingga mencapai ukuran partikel, yaitu P80. Antam mengoperasikan dua unit bowl mill dengan kapasitas berbeda, yakni 450 ton dan 750 ton per hari.
Setelah dihaluskan, material masuk ke tahapan leaching. Pada tahap ini, emas dilarutkan menggunakan larutan sianida berkonsentrasi sekitar 550 ppm hingga emas larut dari bijih. Larutan yang mengandung emas kemudian dialirkan ke tangki berisi karbon aktif (carbon in pulp/CIP). Karbon berfungsi menangkap dan mengikat partikel emas dari larutan.
Ketika karbon sudah penuh dengan kandungan emas, material dipindahkan ke leaching column untuk dilakukan pemisahan menggunakan suhu tinggi. Tahap ini menghasilkan larutan emas berkonsentrasi tinggi atau pregnant solution, yang kemudian dialirkan ke unit electrowinning. Proses elektrolisis tersebut membentuk lapisan logam (cake) pada katoda sebelum dipindahkan ke unit smelter.
Di smelter, logam tersebut dilebur menjadi bullion emas dengan kadar sekitar 60–80%. Emas mentah yang dari Pongkor itu lalu dikirim ke pabrik Logam Mulia Antam di Pulo Gadung, Jakarta setiap dua minggu sekali buat dimurnikan hingga mencapai kadar kemurnian 99% atau gold bar standar pasar. Pabrik ini satu-satunya di Indonesia yang diakui dunia lewat sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA).
Reklamasi Tambang
Setelah melalui rangkaian proses pemurnian emas, Antam tidak hanya berhenti pada produksi. Perusahaan juga memastikan bahwa operasional tambang berjalan seimbang dengan komitmen pemulihan lingkungan melalui program reklamasi berkelanjutan.
Mining Environment Antam, Rengga Wasesa, menjelaskan bahwa reklamasi di Tambang Pongkor dilakukan secara terencana dan memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Sebelum melakukan reklamasi, tim Antam menyiapkan bibit tanaman melalui fasilitas nursery yang dikelola sendiri oleh Antam. Bibit yang ditanam berasal dari jenis endemik agar dapat mengembalikan kondisi ekologis ke rona awal.
Di nursery tersebut, media tanam dibuat dari bahan organik yang diolah dari daun-daun kering dan campuran formulasi khusus. Bibit yang dikembangkan terdiri dari tanaman endemik seperti puspa, ganitri, huru, hingga jenis yang statusnya terancam punah seperti palahlar. ANTAM menyebut beberapa di antaranya kini sudah tumbuh kembali dengan baik di area reklamasi.
“Tanamannya harus endemik karena kami harus mengembalikan ke rona awal, termasuk endemik sini,” kata Rengga.
Selain itu, Rengga menyebut reklamasi menjadi hal wajib karena kegiatan pertambangan berdampak langsung pada perubahan bentang alam, potensi erosi, berkurangnya penyerapan karbon, dan perubahan fungsi lingkungan.
Sejak 2013 hingga 2024, Antam telah mereklamasi 48 hektare lahan yang tersebar di beberapa titik dan menunjukkan tingkat keberhasilan mendekati 100%. Kedepannya, Rengga menyebut masih ada sekitar 70 hektare area yang perlu direstorasi melalui tahapan revegetasi dan reklamasi. Target tersebut tercantum dalam rencana pascatambang dan masih dapat menyesuaikan perkembangan cadangan tambang ke depannya.
Menurut Rengga, reklamasi tidak berhenti setelah penanaman. ANTAM tetap memantau keberhasilan vegetasi minimal selama lima tahun untuk memastikan ekosistem dapat pulih secara alami dan berkelanjutan.
Percepat Proyek Pabrik Percetakan Emas Raksasa
Pada transformasi bisnis Antam dan strategi 2025–2029, Antam kini tengah mempercepat proyek strategis berupa pabrik percetakan emas di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, yang berlokasi dekat dengan smelter tembaga Freeport.
Melalui fasilitas ini, doré bullion dari Freeport akan dimurnikan menjadi emas murni dan selanjutnya dicetak menjadi emas batangan dengan merek Antam.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Arianto Sabtonugroho mengatakan, nilai investasi fasilitas ini mencapai US$ 70 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun. Pabrik percetakan emas ini ditargetkan beroperasi pada kuartal keempat 2027 dan mampu menghasilkan hingga 5 juta keping logam mulia batangan, koin, sera emas industri setiap tahunnya. Fasilitas ini juga akan memberikan akses langsung ke bahan baku emas murni berkadar 99,99%.
“Hal ini berkaitan dengan proyek strategis kami, yaitu pembangunan pabrik manufaktur pengolahan emas baru di Gresik dan akan menambah kapasitas manufaktur emas kami yang saat ini dilakukan di pabrik kami di Pulo Gadung,” kata Arianto dalam Public Expose Live 2025, dikutip Senin (15/9).
Adapun proyeksi kapasitas pabrik raksasa itu mencapai sekitar 30 ton emas dengan kadar kemurnian 99,99%. Adapun status pra konstruksi.
Sepanjang semester pertama 2025, mayoritas pasokan emas Antam masih ditopang dari impor yang mencapai 78%, sedangkan sisanya 22% berasal dari dalam negeri, antara lain dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Namun, pasokan dari Freeport bukan dalam bentuk emas batangan jadi, melainkan doré bullion atau emas setengah jadi yang masih membutuhkan proses pemurnian.
Berdayakan Petani Lewat Garitan Kalongliud
Selain mereklamasi sebagian area pascatambang dan memulihkan vegetasi endemik, Antam juga berfokus pada keberlanjutan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar tambang.
Salah satu inisiatifnya adalah pemberdayaan petani melalui implementasi Garitan Kalongliud, yang dirancang untuk menghubungkan pemulihan lingkungan dengan peningkatan pendapatan dan ketahanan ekonomi masyarakat sekitar operasi tambang.
Kepala Desa Kalongliud Jani Nurjaman menjelaskan, Rumah Belajar Caritan dibentuk sebagai pusat edukasi pertanian bagi warga desa. Program ini berkaitan langsung dengan sejumlah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada sektor pertanian di wilayah Kalongliud.
“Rumah Belajar Garitan ini adalah salah satu tempat untuk berkumpulnya, untuk belajarnya para petani sedesa Kalongliud,” ujar Jani di Bogor, ketika ditemui pada Oktober 2025.
Jani mengatakan, program tersebut mulai berjalan sejak 2022 dan terus dikembangkan hingga saat ini. Inisiatif ini menjadi salah satu program prioritas desa yang pelaksanaannya merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 109 terkait pemanfaatan dan pengelolaan anggaran dana desa untuk sektor produktif.
“Yang mana dana desa tersebut ini sebanyak 20% itu harus kami alokasikan untuk program ketahanan pangan dan hewani,” ujar Jani.
Pada 2025, program ketahanan pangan ini akan diintegrasikan dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) agar pengelolaannya lebih terstruktur dan berkelanjutan. Program ini dijalankan melalui kerja sama dengan empat kelompok tani di Desa Kalongliud, salah satunya adalah Kelompok Tani Taruna Muda.
Ia menyebut dukungan Antam turut memperkuat pelaksanaan program ketahanan pangan di Desa Kalongliud. Pendampingan dari Antam dilakukan secara berkelanjutan karena program ini memiliki tujuan yang sejalan, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian.
Program tersebut kini dirasakan manfaatnya oleh para petani di desa. Cakupannya bahkan berkembang hingga mengakomodasi Kelompok Wanita Tani (KWT) sebagai bagian dari keberlanjutan program.
Keterlibatan KWT menjadi langkah lanjutan untuk mengolah hasil pertanian menjadi produk turunan, termasuk makanan olahan dan makanan ringan sehingga memberikan nilai tambah bagi hasil tani dan membuka peluang ekonomi baru bagi warga.
“Ini adalah bagian daripada untuk melanjutkan program hasil-hasil pertanian tersebut untuk menjadi olahan-olahan makanan ataupun makanan-makanan ringan.
| No | Komponen Program | Deskripsi |
| 1 | Inovasi Pupuk Organik Cair (POC) dari Keong Mas | Hama keong sawah yang sebelumnya merugikan petani kini dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair (POC). |
| 2 | Integrasi Peternakan & Pertanian | Limbah kotoran domba diolah menjadi pupuk organik untuk mendukung sistem pertanian terpadu. |
| 3 | Gerakan Pekarangan Produktif | Pemanfaatan lahan pekarangan warga untuk ditanami berbagai komoditas, termasuk sayuran melalui teknik polybag. |
| 4 | Kreasi Pangan Lokal KWT | Pemberdayaan perempuan melalui pengolahan hasil pertanian menjadi berbagai produk pangan seperti dodol nanas, rengginang, dan dapros. |
| 5 | Rumah Belajar Garitan | Fasilitas pembelajaran bagi petani, pemuda, dan kelompok perempuan untuk pelatihan pertanian, pengolahan hasil, hingga strategi pemasaran. |
| 6 | Rumah Kolaborasi | Pusat sinergi antara kelompok tani, BUMDes, dan PT Antam UBP Emas Pongkor sebagai hub pengembangan usaha berbasis desa. |
Salah satu petani muda, Wahyu mengatakan di area pertanian Garitan Kalongliud, kini tumbuh sekitar 3.000 tanaman tomat yang siap dipanen dalam waktu rata-rata 100 hari sejak masa tanam. Selain tomat, lahan ini juga ditanami berbagai komoditas lain seperti cabai rawit, cabai keriting, padi, dan terong.
“Dari Antam banyak dukungannya, salah satu utamanya dibantu di pemberdayaannya, kita diajak pelatihan, kita diajarin keuangannya, mengelola kelompok, tanaman, beternak domba, dan lain-lain,” kata Wahyu di Bogor Oktober 2025 lalu.