Timah (TINS) Tiru Langkah GIAA dan KRAS Minta Suntikan Dana ke Danantara

ANTARA FOTO/Andri Saputra/bar
Seorang pekerja menghitung balok timah hasil produksi di gudang penyimpanan di PT Timah Tbk di Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
Penulis: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti
25/11/2025, 11.57 WIB

Emiten pelat merah, PT Timah Tbk (TINS) tengah menyiapkan proposal bisnis untuk mengajukan suntikan dana kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara. Proposal tersebut ditujukan untuk mendukung anak usaha TINS di sektor hilirisasi timah, PT Timah Industri.

Mengutip paparan publik yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen TINS menyampaikan bahwa belum ada pernyataan resmi dari Danantara terkait hilirisasi timah. Namun, mereka menyebut adanya komitmen Danantara untuk mendukung proses hilirisasi guna memperkuat sektor hulu bisnis timah sudah disampaikan dalam beberapa pertemuan.

“Saya sempat mendengar langsung dalam beberapa rapat dengan Pak Rosan. Karena itu, kami menyiapkan proposal bisnis dari PT Timah Industri agar dapat dipertimbangkan untuk memperoleh suntikan investasi dari Danantara,” ujar manajemen TINS dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (25/11).

Manajemen menjelaskan bahwa upaya hilirisasi timah sebenarnya sudah berjalan sejak 1975. Pada akhir 1990-an, tepatnya 1998, TINS memperkuat langkah tersebut dengan membentuk anak usahanya PT Timah Industri yang berlokasi di Cilegon sebagai entitas khusus hilirisasi.

Produk yang dihasilkan PT Timah Industri meliputi tin solder, tin chemical serta produk baru yang tengah dikembangkan yaitu tin powder. Produk-produk ini menjadi andalan hilirisasi perseroan melalui anak usahanya tersebut.

Menurut manajemen, hilirisasi yang dilakukan perseroan saat ini masih berfokus pada pengolahan produk timah batangan menjadi produk turunan bernilai tambah. Beberapa produk hilirisasi yang telah dikembangkan antara lain tin solder dan tin powder, meski pengembangan untuk produk terakhir masih dalam proses.

Manajemen menilai hilirisasi seharusnya mampu memberikan tambahan kontribusi terhadap kinerja perseroan. Namun, perhitungan besaran kontribusi terhadap laba bersih belum dapat dipastikan. 

“Jadi memang harusnya nambah. Tapi kalau orang signifikan saya belum bisa sampaikan berapa. Karena memang nanti timah ini memang tergantung ke supply and demand, kami harapkan juga industri-industri timah ini juga ikut hidup di Indonesia,” ujarnya.

TINS berharap ekosistem industri berbasis timah di Indonesia dapat tumbuh, terutama dengan potensi berkembangnya industri kendaraan listrik dan elektronik. Jika industri tersebut berkembang di dalam negeri, maka penyerapan produk hilir timah diperkirakan meningkat sehingga Indonesia tidak perlu mengimpor bahan baku.

Manajemen menjelaskan, persaingan hilirisasi timah di pasar global sangat ketat, terutama dengan Cina dan India yang telah memiliki ekosistem hilirisasi tin solder yang matang, khususnya untuk produksi motor listrik. Manajemen pun berharap dapat masuk ke segmen motor listrik.

“Jadi kalau kita masuk ke segmen itu, mungkin kita akan bersaing di ongkos transport ke China atau di India seperti itu. Tapi kalau di Indonesia, nanti hidup industri elektronik yang di-drive oleh electric vehicle, kita yakin kita bisa nambah pendapatan disana.,

Danantara Suntikkan Modal ke Garuda Indonesia (GIAA) dan Krakatau Steel (KRAS)

Danantara sebelumnya sudah menyuntikkan dana kepada dua emiten negara, yaitu PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Dana tersebut diinjeksi agar kedua perusahaan mampu melakukan penyehatan keuangan.

Danantara akan menyuntikkan modal senilai Rp 23,67 triliun kepada maskapai pelat merah Garuda Indonesia. Para pemegang saham perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) telah menyetujui rencana penyertaan modal tersebut untuk perseroan.

Dana yang diberikan Danantara kepada GIAA disalurkan melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau private placement. Ada dua skema dala penyertaan modal tersebut. Pertama, Danantara akan memberikan dana melalui setoran modal  tunai senilai Rp 17,02 triliun dan konversi utang pinjaman pemegang saham sebesar Rp 6,65 triliun.

Sementara itu, Krakatau Steel telah meminta tambahan modal sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 8,35 triliun kepada Danantara. Dana tersebut akan digunakan perseroan untuk kebutuhan operasional utama.

Penggunaannya mencakup pembelian bahan bakar baku berupa slab baja untuk pabrik HSM, hot reollerd coid (HRC) dan cold rolled coil full hard (CRC F/H) untuk pabrik CRM PT KBI, HRC untuk pabrik pipa baja PT KPI serta berbagai produk turunan baja lainnya.

Managing Direktor Non-Financial Holding Operasional Danantara Febriany Eddy menyebut pihaknya telah menerima permohonan dana dari KRAS dan tengah memvalidasinya. Ia menyebut perhitungannya pun sudah dalam tahap final.

Menurut dia, salah satu misi besar Danantara adalah membangun kembali basis manufaktur yang kuat di Indonesia demi membuka lapangan kerja berkualitas.

“Kalau kami lihat saat ini, salah satu misi besar yang saya pribadi ingin lakukan, Krakatau Steel adalah awal. Kalau dilihat, Krakatau Steel punya potensi luar biasa,” kata Febri di Kantor Danantara, Jumat (14/11).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Karunia Putri