IHSG Diproyeksi Tembus Level 9.300, Intip Deret Sektor yang Bakal Jadi Katalis
Mandiri Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal menembus target ke level 9.050 pada 2026. Sementara itu, pada skenario optimal IHSG bakal meningkat hingga 9.350.
Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat, mengatakan kenaikan IHSG itu bakal ditopang sektor konsumer, perbankan, telekomunikasi, serta ritel. Selain itu, sektor tembaga dan emas juga dinilai punya prospek signifikan untuk menopang kinerja IHSG pada 2026. Adapun pada akhir tahun 2025 ini Mandiri Sekuritas merekomendasikan bakal di level 8.800.
“Kami mempertahankan rekomendasi overweight untuk pasar salam kami untuk ekuitas Indonesia dengan target harga IHSG dengan skenario base case kami di 9.050 pada tahun 2006, sementara untuk bull case-nya di 9.350,” kata Andry dalam Outlook Ekonomi 2026 secara virtual, Rabu (3/12).
Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, juga menjelaskan dari sisi komposisi indeks, IDX30 yang berisi saham-saham blue chip, terutama perbankan diperkirakan punya kinerja lebih baik menjelang 2026. Menurutnya, ada potensi perbaikan sentimen investor asing maupun domestik.
Ia juga menyebut perbaikan performa IDX30 juga berpotensi mengimbangi tren kenaikan saham-saham di luar IDX30 yang selama ini menjadi motor penggerak IHSG. Dengan demikian, ada peluang terjadinya rebalancing yang sejalan dengan itu dapat mengangkat kinerja IHSG dan IDX30.
Lebih lanjut, Andry menyebut kuartal pertama dan kuartal kedua 2026 menjadi game changer bagi ekonomi dan pasar saham Indonesia. Hal ini berbeda dengan tahun 2025, Andry menyebut belanja pemerintah baru meningkat pada semester kedua. Lalu pada tahun 2026 diproyeksikan pola kebijakan fiskal lebih agresif sejak awal tahun 2026.
Selain itu, tren penurunan suku bunga sebagai faktor pendorong lonjakan IHSG. Ia mengilas balik pada 2023–2024 siklus suku bunga masih meningkat dan baru mulai menunjukkan penurunan pada paruh kedua 2024. Lalu, kata Andry, pada 2025 tren penurunan lebih agresif, akhirnya akan terus memberi ruang bagi pertumbuhan di 2026.
“Apakah akan berlanjut? Kami ekspektasikan akan terus berlanjut,” ucap Andry.
Menurut Andry katalis kenaikan IHSG lainnya adalah penurunan cost of fund dan biaya pinjaman bakal menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi dan penyaluran kredit, terutama pada segmen consumer, UMKM, dan micro loan.
Kemudian kinerja ekonomi juga akan ditopang oleh komoditas non-core seperti pertanian dan perkebunan yang masih menunjukkan prospek kuat. Dari sisi permintaan maupun harga, sejumlah komoditas seperti kopi, cokelat, serta cengkeh tetap berada pada level yang positif. Indonesia bahkan berkontribusi sekitar 57% dari total ekspor cengkeh dunia.
“Yang keempat tentu saja ekspektasi ada dorongan investasi yang relatif baik kick in dari investasi yang didorong oleh dana-dana dari Danantara misalnya, nah ini yang kemudian akan mendorong performance investasi di 2026 nanti,” ucap Andry.