Sinyal Baru Emiten Bakrie VKTR: Aksi Korporasi dan Alokasi Capex 2026 

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa.
Pekerja merakit kendaraan listrik jenis truk di pabrik PT VKTR Sakti Industries Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025). Pabrik tersebut memproduksi kendaraan listrik komersial berbasis Completely Knocked Down (CKD) pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk merakit bus dan truk listrik sebagai tulang punggung ekosistem kendaraan listrik nasional dari hulu ke hilir.
5/12/2025, 16.22 WIB

Emiten Grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) buka suara terkait potensi aksi korporasi, termasuk ekspansi yang akan dilakukan perseroan beberapa waktu ke depan. Perusahaan tengah mengevaluasi beberapa opsi strategis, termasuk kemungkinan menambah modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. 

Direktur Operasional VKTR Teknologi Mobilitas Bimo Kurniatmoko menjelaskan perseroan masih mengevaluasi  kemungkinan mencari pendanaan guna memperkuat skema permodalan dan mendukung ekspansi melalui rights issue maupun sekema lain untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung ekspansi. Namun, menurut dia, VKTR belum berencana menggelar aksi korporasi terkait pendanaan itu dalam waktu dekat.

“Jika ada, perseroan akan mengumumkan dan menjalankan aksi korporasi tersebut sesuai dengan ketentuangan yang berlaku,” kata Bimo dalam paparan publik VKTR secara virtual, Jumat (5/12). 

Bimo menjelaskan bahwa VKTR tak merencanakan ekspansi dalam bentuk investasi besar di tengah kondisi ekonomi yang kurang kondusif saat ini. Meski begitu, ua memastikan perusahaan tetap melanjutkan ekspansi melalui peningkatan penetrasi pasar.

Di tengah ekonomi yang melemah, menurut dia, kendaraan komersial berbasis listrik milik VKTR, baik bus, truk, maupun forklift justru berperan dalam penghematan dari sisi operasional.

“Sehingga kami rasa di masa ekonomi yang kurang baik ini tentu akan menjadi katalis untuk pertimbangan bagi korporasi swasta maupun BUMN dalam melakukan permajaan armadanya menggunakan armada berbasis listrik,” kata dia. 

Bimo menyebut VKTR telah konsisten sejak 2022 mendukung penyediaan armada listrik untuk layanan TransJakarta. Sepanjang 2025, perusahaan telah memperoleh tender sebanyak 80 unit bus listrik, dengan 50 unit ditargetkan tersalurkan hingga akhir 2025 dan 30 unit sisanya pada awal 2026.

Ia menyebut perusahaan juga akan terus mendukung kebijakan Pemprov DKI dan TransJakarta dalam memperluas pengadaan serta peremajaan armada berbasis kendaraan listrik.

Belanja Modal Tahun Depan

Ia menyebut perusahaan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) terutama untuk pembebasan lahan di PT VKTR Sakti Industries (VKTS) sebagai lokasi pembangunan fasilitas perakitan pada tahun ini. Sedangkan belanja modal pada tahun depan diperkirakan mencapai sekitar Rp 100 miliar. 

Sekitar 20% dialokasikan untuk pembelian dan pengembangan prototipe atau kegiatan R&D, sedangkan 80% sisanya ditujukan untuk kebutuhan after-sales maintenance.

Ia menyebut, investasi yang dibutuhkan VKTR cukup besar, mulai dari penyediaan gudang suku cadang, fasilitas perbaikan, hingga pembangunan area kerja teknisi di berbagai lokasi yang memerlukan dukungan layanan purna jual. 

“Dan ini relatively karena penjualan kita proyeksikan cukup besar, kami juga butuh fasilitas untuk after sales maintenance yang cukup besar juga,” ujarnya. 

Kinerja Keuangan Januari–September 2025

VKTR membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 717 miliar pada Januari–September 2025, naik 11% secara tahunan dibandingkan Rp 646 miliar pada periode yang sama tahun 2024. Kenaikan ini dicapai di tengah kondisi penjualan otomotif nasional yang masih lesu.

Perusahaan sebelumnya menyampaikan bahwa prospek penjualan kendaraan listrik akan lebih kuat pada 2025. Adapun porsi penjualan VKTR lebih besar pada semester II karena proses perakitan dalam negeri membutuhkan waktu lebih panjang. 

Proyeksi tersebut terbukti pada kinerja hingga September 2025, di mana penjualan kendaraan listrik melonjak dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, pendapatan dari segmen manufaktur suku cadang tetap stabil dan mampu bertahan meski industri otomotif nasional turun lebih dari 25% year-to-date (YTD) per September 2025.

Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 89% yoy, dari Rp 10,6 miliar pada kuartal ketiga 2024 menjadi Rp 1,1 miliar pada kuartal ketiga 2025. Penurunan ini terutama dipicu oleh peningkatan beban usaha untuk mendukung ekspansi penjualan, termasuk biaya program uji coba produk dengan calon pelanggan.

Meski demikian, perusahaan optimistis langkah strategis tersebut akan memperkuat pertumbuhan penjualan di periode berikutnya.

 
 
Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila