Menilik Prospek Saham COIN, TRIN dan WIFI dalam Dekapan Keluarga Djojohadikusumo
Menjelang penutupan 2025, keluarga Presiden RI Prabowo Subianto kian aktif merangsek ke pasar modal. Kabar terbaru datang dari adiknya, Hashim Djojohadikusumo, yang muncul sebagai salah satu pemegang saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN). Hashim masuk melalui perusahaan investasi multisektor miliknya, PT Arsari Nusa Investama.
Tak hanya lewat Arsari, gurita bisnis keluarga adik Prabowo juga terlihat dari aksi putri Hashim, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, yang turut mengambil peran strategis di bursa. Ia didapuk sebagai Komisaris Utama PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN).
Selain menjadi komisaris, Rahayu sekaligus mengakuisisi 5% saham TRIN, dengan rencana peningkatan kepemilikan secara bertahap hingga 20%. Skema tersebut tertuang dalam perjanjian yang diteken pada 2 Desember 2025.
Pengamat pasar modal Reydi Octa menilai masuknya keluarga Djojohadikusumo berpotensi menjadi sentimen positif bagi saham COIN dan TRIN, setidaknya dalam jangka menengah.
“Sangat berpotensi menjadi sentimen positif, terutama dari sisi persepsi investor. Investor besar yang terkait dekat dengan lingkar pemerintah dipercaya memiliki prospek lebih menjanjikan dan dapat menarik minat investor dalam jangka menengah,” ujar Reydi kepada Katadata.co.id, Jumat (12/12).
Menurut Reydi, kehadiran Hashim di COIN dapat memperkuat kepercayaan investor terhadap sektor kripto domestik. Sentimen positif diperkirakan akan menguat, terutama jika harga aset kripto kembali menanjak.
Sebagai contoh, Reydi menyinggung saham WIFI yang sebelumnya mencatatkan kenaikan signifikan. Kasus ini menunjukkan bahwa dukungan konglomerat yang memiliki kedekatan dengan pemerintah dapat memperkuat persepsi pasar dan mendorong kenaikan harga saham.
Sementara itu, aksi Rahayu mengakuisisi saham TRIN dinilai dapat mempercepat pengembangan proyek perseroan. Percepatan tersebut diyakini akan tercermin pada kinerja keuangan perusahaan.
“Jaringan kuat yang dimiliki Rahayu dan keluarga Djojohadikusumo akan memberikan keuntungan bagi emiten,” kata Reydi.
Hal senada juga disampaikan Head of Research Korea Investment and Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi. Ia menilai masuknya keluarga Djojohadikusumo ke dalam ekosistem bisnis COIN dan TRIN mampu menjadi katalis kuat bagi kedua emiten tersebut dalam jangka pendek.
“Karena pasar berekspektasi adanya akses proyek, ekspansi yang lebih agresif, dan peluang sinergi bisnis,” kata Wafi.
Kendati demikian, Wafi menegaskan prospek jangka panjang emiten tetap ditentukan oleh kekuatan fundamental masing-masing perusahaan.
Prospek Harga Saham COIN, TRIN, dan WIFI
Terkait prospek harga saham ketiga emiten tersebut, Wafi telah menetapkan target harga masing-masing saham. Ia mematok target harga saham TRIN di level 1.040, COIN di level 4.600, serta WIFI di level 4.400.
Sementara itu, Head of Research MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, juga menyampaikan proyeksi harga untuk emiten-emiten yang dikaitkan dengan keluarga Djojohadikusumo tersebut. Menurut dia, harga saham COIN diperkirakan bergerak di kisaran 4.420–4.540. Adapun saham WIFI diproyeksikan berada pada rentang 4.390–4.450.
Untuk saham TRIN, Herditya menyarankan investor bersikap wait and see sembari mencermati perkembangan kinerja dan sentimen ke depan.
Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (12/12), harga saham WIFI rontok 14,82% atau 630 poin ke level 3.620. Saham COIN jeblok 4,40% atau 180 poin ke level 3.910, sementara TRIN ambruk 6,90% atau 80 poin ke level 1.080.
Menilik Kinerja Keuangan COIN, TRIN, dan WIFI
Apabila bercermin pada laporan keuangan kuartalan masing-masing emiten, ketiganya mencatatkan kinerja yang cukup moncer. Misalnya TRIN, yang mampu membalikkan rugi menjadi laba hingga periode September 2025.
TRIN membukukan laba sebesar Rp 28,48 miliar pada periode Januari–September 2025, berbalik dari rugi Rp 45,21 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, penjualan dan pendapatan usaha perseroan justru turun menjadi Rp 181,60 miliar dari Rp 194,27 miliar secara tahunan atau year on year (yoy).
Mampunya TRIN membukukan laba pada periode kuartal ketiga salah satunya disebabkan beban penjualan yang menyusut signifikan dari Rp 49,50 miliar menjadi Rp 6,18 miliar secara yoy. Begitu pula dengan beban umum dan administrasi yang berkurang menjadi Rp 42,49 miliar dari Rp 54,52 miliar secara tahunan.
TRIN bergerak di sektor properti dengan fokus pada pengembangan dan penjualan apartemen, kantor, dan ruko. Perseroan juga mengoperasikan serta menyewakan properti komersial. Adapun proyek perseroan meliputi Desa Ubud, Melrose Place, Brooklyn, Springwood Residence, Yukata Suite, The Smith, Collins Boulevard, dan Marcs Boulevard.
Menurut Direktur Utama TRIN, Ishak Chandra, ke depan perseroan akan fokus pada pengembangan bisnis rumah tapak, logistic park, dan data center.
Sementara itu, COIN juga mampu membalikkan rugi menjadi laba usai melantai di Bursa Efek Indonesia pada Juli lalu. Perseroan mencetak laba bersih sebesar Rp 41,08 miliar hingga kuartal III 2025, berbalik dari rugi Rp 6,85 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun pendapatan COIN melejit 1.988% menjadi Rp 204,63 miliar dari Rp 9,80 miliar secara yoy. Direktur Utama COIN, Ade Wahyu, menyebut lonjakan pendapatan tersebut terjadi karena porsi perdagangan derivatif kripto terhadap total transaksi meningkat menjadi 28% dari 17% pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, laporan keuangan WIFI juga tercatat positif. Perseroan mencatat kenaikan laba bersih sebesar 71,03% menjadi Rp 260,09 miliar dari Rp 152,07 miliar secara tahunan. Pendapatan perseroan pun melonjak 101,19% menjadi Rp 1,01 triliun dari Rp 504,95 miliar secara yoy.