Siasat Superbank (SUPA) Menangkan Persaingan Bank Digital Lewat Ekosistem Grab
PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank akan memperkokoh bisnis bank digital lewat ekosistem oleh Grab, OVO, dan Grup Emtek usai melantai di Bursa Efek Indonesia. Direktur Superbank Melisa Hendrawati mengatakan, strategi ini akan dijalankan untuk mencapai pertumbuhan yang kuat pada tahun depan.
Ekosistem SUPA saat ini didukung oleh sejumlah raksasa teknologi yang juga menjadi pemegang sahamnya, seperti Grab, Grup Emtek, Singtel dan KakaoBank. Perusahaan baru saja mengantongi dana segar dari gelaran penawaran umum perdana saham (IPO) sebesar Rp 2,79 triliun.
Melisa menjelaskan, mayoritas atau 70% dana IPO akan dialokasikan sebagai modal kerja untuk memperkuat penyaluran kredit ke segmen underbanked, baik ritel maupun usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Segmen ini menjadi fokus utama pertumbuhan Superbank.
“Segmen underbanked di Indonesia sangat besar dan masih sangat belum tergarap,” kata Melisa dalam konferensi pers IPO SUPA di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Rabu (17/12).
Sedangkan sekitar 30% dana IPO akan dialokasikan untuk belanja modal. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan produk pendanaan dan pembiayaan, sistem pembayaran, serta penguatan teknologi. Hal ini mengingat Superbank sebagai bank yang mengandalkan layanan digital dan kecerdasan buatan,
Sejalan dengan itu, Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan perseroan akan memperkuat infrastruktur teknologi informasi dan sistem operasional. Superbank juga menyiapkan investasi jangka panjang agar tetap unggul dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), analitik data, dan keamanan siber.
Di tengah ketatnya persaingan bank digital di Indonesia, Tigor menilai pangsa pasar bank digital secara keseluruhan masih relatif kecil, yakni sekitar 1%. Kondisi ini membuka peluang pendalaman pasar yang masih sangat luas.
“Kami merasa superbank dengan ekosistem yang sangat kuat, is one of the strong contenders to grab that market share,” ujarnya.
Tigor menjelaskan, kekuatan ekosistem Grab yang memiliki puluhan juta pengguna baik dari layanan transportasi, pengantaran, maupun dompet digital membuat Superbank berada dalam posisi strategis sebagai mitra. Hal ini dinilai mempermudah proses akuisisi nasabah, layanan, hingga penawaran produk.
Untuk kerja sama strategis, Superbank akan terus memperdalam integrasi dengan mitra ekosistem, termasuk OVO. Salah satu produk yang telah berjalan adalah OVO Nabung, yang memungkinkan pengguna menjadi nasabah Superbank hanya dengan beberapa klik di dalam aplikasi OVO.
““Jadi kami merasa bahwa ekosistem play is going to be a big differentiator in the future,” ujarnya.
Meski terbuka untuk memperluas kolaborasi dengan mitra lain, Tigor menegaskan fokus penetrasi ke depan tetap diarahkan ke ekosistem internal. Sejak meluncurkan aplikasi digital pada Juni 2024, Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah. Tingkat keterlibatan pengguna juga terus meningkat, tercermin dari rata-rata transaksi harian yang telah melampaui 1 juta transaksi.
“Jumlah transaksi harian itu tumbuh lebih dari 40% pada kuartal ketiga 2025 dibandingkan periode sebelumnya,” kata Melisa.
Ia menilai kinerja tersebut mencerminkan kepercayaan masyarakat. Selain pertumbuhan, perseroan juga mencatatkan kinerja keuangan yang positif hingga Oktober 2025. Superbank membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 102 miliar yang didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga (NII) sebesar 173% secara tahunan menjadi Rp 1,3 triliun.
Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) Superbank juga meningkat 168% secara tahunan menjadi Rp 10,6 triliun per Oktober 2025.