OASA Investasi Rp 8 T untuk 2 Pembangkit Energi Sampah (PLTSa), Intip Targetnya
PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) mengungkapkan total investasi untuk dua proyek Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) atau waste to energy (WtE) senilai Rp 8 triliun. Kedua proyek yang tengah digarap terletak di Jakarta Barat dan Tangerang Selatan.
Direktur Utama Maharaksa Biru Energi, Bobby Gafur Umar menyebut realisasi proyek akan dilakukan secara bertahap, dengan pelaksanaan berskala besar direncanakan pada 2027. Sementara pada 2026, perusahaan masih fokus pada tahap persiapan, mulai dari pembebasan lahan, perizinan, hingga studi oleh konsultan.
“Memang total investasi dari dua proyek yang sudah kita miliki, nilainya termasuk financial cost juga, termasuk capex juga, mendekati di atas Rp 8 triliun,” ujar Bobby dalam paparan publik OASA secara virtual, dikutip Jumat (19/12).
Selain itu ia menjelaskan perseroan telah menyiapkan sejumlah skema pembiayaan dan pengembangan proyek. Salah satunya melalui kemitraan, termasuk dengan mitra asal Cina yang telah lolos dalam Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) Pemilihan Mitra Kerja Sama Badan Usaha Pengembang dan Pengelola Pengolah Sampah Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan Menjadi Energi Listrik (BUPP PSEL) Danantara.
“Dan juga beberapa strategi investor, pada saatnya nanti kami akan sampaikan,” kata Bobby.
Lebih jauh ia menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan, khususnya di sektor waste to energy. Menurutnya proyek jumbo itu mulai menarik minat lembaga keuangan, misalnya sejumlah bank besar yang sejak awal tahun telah berkomunikasi dengan pemerintah untuk menjajaki pembiayaan proyek waste to energy.
Adapun terkait nilai bidding, ??Direktur sekaligus Chief Financial Officer OASA, Soraya Inderasari menyampaikan perseroan masih berada dalam tahap persiapan tender sehingga nilai penawaran masih dalam proses. Ia juga menegaskan informasi terkait nilai bidding belum dapat disebut karena bersifat rahasia, mengingat dokumen penawaran baru akan disampaikan pada tanggal 2 Januari 2026.
Kemudian ia juga mengatakan mengatakan realisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) OASA sepanjang 2025 di bawah Rp 500 juta. Ia menyebut kecilnya belanja modal itu lantaran hanya digunakan untuk penambahan peralatan penunjang pabrik biomass anak usaha, PT Mentari Biru Energi.
Kemudian untuk 2026, OASA akan menggelontorkan capex di atas Rp 100 miliar untuk pembangkit sampah. Nantinya akan digunakan untuk aktivitas pre-ops atau persiapan proyek PSEL di Tangerang Selatan dan persiapan konstruksi proyek PSEL lainnya yang sedang proses tender.
PLTSA Tangerang Selatan
Adapun Proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Tangerang Selatan akan dikembangkan oleh Badan Usaha Pelaksana PT Indoplas Tianying Energy, yang merupakan kerja sama antara PT Indoplas Energi Hijau dengan kepemilikan 76% dan China Tianying Inc sebesar 24%. Proyek ini dialokasikan di atas lahan seluas 5,53 hektare.
PSEL Tangerang Selatan memiliki kapasitas pengolahan sampah hingga 1.100 ton per hari, terdiri dari 1.000 ton sampah baru dan 100 ton sampah lama atau hasil penambangan. Dari pengolahan tersebut, fasilitas ini ditargetkan menghasilkan listrik dengan kapasitas terpasang 25 MW, gross output sebesar 23,14 MW, dan kapasitas bersih (nett) mencapai 19,62 MW.
Listrik yang dihasilkan akan dijual dengan tarif sebesar US$ 0,1335 per kWh untuk periode tahun pertama hingga tahun ke-30. Selain itu, proyek ini juga memperoleh pendapatan dari tarif pengolahan sampah atau tipping fee sebesar Rp 529.000 per ton.
Kemudian total kebutuhan investasi proyek PSEL Tangerang Selatan mencapai Rp 2,30 triliun atau setara dengan US$ 139,9 juta, yang mencakup pembangunan fasilitas pengolahan, instalasi pembangkit, serta infrastruktur pendukung lainnya
PLTSA Jakarta Barat
Di samping itu proyek PSEL di Jakarta Barat akan dikembangkan oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro) bersama konsorsium WIKA–Indoplas di atas lahan seluas sekitar 8 hektare, termasuk untuk akses jalan, yang berlokasi di Jalan Sultan Hamengkubuwono IX, Cakung, Jakarta Timur.
PSEL Jakarta Barat memiliki kapasitas pengolahan sampah baru hingga 2.000 ton per hari, dengan kebutuhan air sekitar 600 ton per hari. Dari pengolahan sampah tersebut, fasilitas ini ditargetkan menghasilkan listrik dengan kapasitas terpasang sebesar 43 MW, gross output mencapai 41,30 MW, dan kapasitas bersih (nett) sebesar 35,52 MW.
Listrik yang dihasilkan akan dijual dengan tarif US$ 0,1184 per kWh untuk periode kontrak tahun pertama hingga tahun ke-30. Selain itu, proyek ini juga memperoleh pendapatan dari tarif pengolahan sampah atau tipping fee sebesar Rp 595.000 per ton.
Adapun total kebutuhan investasi proyek PSEL Jakarta Barat, termasuk pengadaan lahan, diperkirakan mencapai US$ 398 juta atau setara dengan Rp 6,57 triliun.