Co-founder dan Managing Patner Northstar Patrick Walujo membagikan cerita sukses dibalik keuntungan hingga 13 kali lipat yang diperoleh dari berinvestasi di PT Bank BTPN Tbk. Northstar melepas BTPN pada 2015 setelah berinvestasi selama 7 tahun.
Menurut Patrick, sektor perbankan di Indonesia sangat menarik apalagi 10 tahun lalu ketika pihaknya mulai berinvestasi di BTPN. Perbankan Indonesia memiliki margin tertinggi di ASEAN dan ditopang oleh pasar yang besar.
"Indonesia banking sector itu stands out di Asia, apalagi 10 tahun lalu. Tapi kami sebagai investor yang relatif kecil mesti hati-hati saat investasi," ujar Patrick dalam acara Indonesia Data and Economic Conference 2020 (IDE Katadata) di Grand Ballroom Kempinski di Jakarta, Kamis (30/1).
(Baca: Wawancara Eksklusif Carole Cadwalladr: Keamanan Data di Era Digital)
Pihaknya akhirnya memutuskan untuk berinvestasi di BTPN lantaran bank tersebut memiliki keunikan yakni fokus pada pensiunan.
"Bisnisnya juga sangat solid, sudah berdiri lebih dari 50 tahun tetapi tak terlalu diperhatikan," ungkap dia.
Saat membeli saham bank tersebut, Patrick pun mengajak Jerry Ng untuk bergabung dan membenahi bisnis BTPN. Bank tersebut kemudian masuk ke mass market yakni para pedagang kecil di pasar tradisional yang pasarnya besar dan berkembang dengan baik.
"Ini berjalan dengan baik, sampai-sampai bank BUMN ikut masuk ke segmen ini," terang dia.
(Baca: Bangkok Bank dan Sumitomo Bersaing Akuisisi 90% Saham Bank Permata)
Northstar berinvestasi pada BTPN melalui TPG Nusantara, perusahaan patungan dengan Trans Pacific Group. Perusahaan tersebut pada 2008 membeli 71% saham BTPN sebesar US$ 195 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun saat itu.
TPG Nusantara kemudian melepas saham BTPN secara bertahap. Pada 2015, perusahaan melepas 17,5% saham bank tersebut senilai Rp 5,19 riliun atau 13,3 kali lipat dari harga pembelian 7 tahun lalu.