Kredit Macet Bengkak, Laba BRI 2019 Tumbuh Melambat jadi Rp 34 Triliun

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi. BRI mencatatkan kredit tumbuh 8,44% menjadi Rp 908,88 triliun pada 2019.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti
23/1/2020, 19.21 WIB

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BBRI mencatatkan laba bersih sepanjang tahun lalu tumbuh 6% menjadi Rp 34,41 triliun. Pertumbuhan laba tersebut melambat dibandingkan 2018 yang mencapai 11,6%. 

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, pertumbuhan laba bersih yang melambat disebabkan oleh berbagai indikator. Salah satunya, pertumbuhan kredit yang melambat dari 14,1% pada 2018 menjadi 8,44%. 

"Pertumbuhan kredit 2019 secara nasional juga hanya 6%," ujar Sunarso di Jakarta, Kamis (23/1). 

Sepanjang 2019, BRI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 908,88 triliun. Kredit di segmen mikro yang menjadi bisnis utama perseroan tumbuh melambat dari 14,5% pada 2018 menjadi 12,9% dengan total penyaluran mencapai Rp 307,22 triliun. Adapun porsi penyalurannya mencapai 35,8%. 

Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga tercatat sebesar 8,17% menjadi Rp 1.021,3 triliun. Dana murah masih dominan dengan porsi mencapai 57,71% atau sebesar Rp 589,46 Triliun.

(Baca: BI Catat Penurunan Bunga Kredit Masih Lambat)

Di sisi lain,  fee based income berhasil tumuh 20,9% menjadi Rp 14,29 Triliun atau tumbuh hingga 20,1% secara tahunan. Ini merupakan pertama kalinya BRI mencatatkan rasio fee based income terhadap total pendapatan mencapai dua digit atau sebesar 10%. 

Adapun selain akibat perlambatan kredit, pertumbuhan laba BRI tahun lalu tak sekencang 2018 akibat kebutuhan cadangan kerugian penurunan nilai atau CKPN yang membengkak. Hal ini seiring kenaikan kredit macet yang tercermin pada peningkatan rasio non-performing loan (NPL) dari 2,27% menjadi 2,8%.

"Ada kenaikan NPL, jadi yield yang kami terima dari pinjaman tentu berkurang. Ini kami harus menambah cadangan untuk bisa meng-cover resiko likuiditas," ujar Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo di tempat yang sama.

(Baca: BRI Optimistis Laba Tahun Depan Tumbuh 11%)

Menurut Haru, segmen korporasi nenjadi penyumbang kenaikan NPL terbesar. NPL di segmen kredit ini naik dari 5% menjadi 8% antara lain akibat kredit macet pada Duniatex.

Meski demikian, BRI memastikan telah mencadangkan risiko gagal bayar kredit perusahaan tersebut sebesar 100%. Bank dengan laba terbesar ini juga tengah berkordinasi dengan bank lain yang menyalurkan kredit ke Duniatex untuk melakukan restrukturisasi. 

BRI juga bakal menurunkan porsi penyaluran kredit di segmen korporasi. Hal ini sudah dilakukan sejak tahun lalu yang terlihat dari penurunan kredit di segmen ini sebesar 0,74% menjadi Rp 191,02 triliun. 

Reporter: Ihya Ulum Aldin