PT Bank Tabungan Negara (BBTN) mencatatkan penurunan drastis laba bersih. Laba perusahaan sepanjang Januari-September 2019 tercatat hanya sebesar Rp 801 miliar, anjlok 42,58% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,4 triliun.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BTN Oni Febriarto mengatakan, turunnya laba bersih akibat pemupukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebagai strategi mempersiapkan diri menghadapi aturan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71. CKPN merupakan bentuk antisipasi terhadap risiko kredit.
Perusahaan mengalokasikan CKPN sebesar Rp 2,18 triliun, naik 21,34% dari posisi sama tahun lalu Rp 1,79 triliun. Dengan perkembangan tersebut, rasio CKPN menjadi 52,67% terhadap kredit seretnya, naik dari posisi sama tahun lalu 38,58%.
Adapun rasio kredit seret (NPL) gross BTN tercatat 3,54%, naik dari posisi sama tahun lalu 3,17%. Sedangkan NPL nett 2,33%, naik dari posisi sama tahun lalu 1,99%. "Hingga akhir tahun, kami membidik rasio CKPN terus naik ke level di atas 70%," kata Oni melalui siaran resmi yang diterima Katadata.co.id, Kamis (14/11).
(Baca: Jokowi Sudah Kantongi Nama Dirut Baru Mandiri dan BTN)
Beberapa bank besar lainnya juga mencatatkan kenaikan CKPN. CKPN BRI misalnya Rp 40,3 triliun per akhir September, naik dari posisi sama tahun lalu Rp 34,6 triliun. Ini seiring penyesuaian PSAK 71 dan peningkatan rasio kredit seretnya. Adapun BRI mengalami lonjakan kredit seret khususnya di segmen korporasi.
Penyokong Laba
Oni menuturkan, laba bersih yang sebesar Rp 801 miliar sepanjang sembilan bulan tahun ini ditopang oleh kenaikan tinggi pendapatan bunga. Pendapatan bunga mencapai Rp 19,32 triliun, naik 17,97% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Pendapatan bunga tersebut seiring pertumbuhan positif penyaluran kredit. Kredit BTN tercatat tumbuh 16,75% secara tahunan. Penyaluran kredit ditopang oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bersubsidi yang tumbuh sebesar 25,54%.
Meski kredit tumbuh dua digit sejauh ini, namun Oni menetapkan target pertumbuhan kredit yang rendah hingga akhir tahun. “Target pertumbuhan kredit kami akan realistis di angka 8%-10% sampai dengan akhir 2019,” kata dia.
Ia menyatakan BTN akan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, perbaikan kualitas, dan penyesuaian dengan likuiditas dalam penyaluran kreditnya. Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga BTN tercatat lebih tinggi dibandingkan kredit yaitu 18,1% secara tahunan.
Dari segi aset, BTN mencatatkan kenaikan sebesar 16,12% dari Rp272,3 triliun pada September 2018 menjadi Rp 316,21 triliun pada September 2019.
Revisi: artikel ini telah mengalami revisi di bagian judul dan paragraf 1. Sebelumnya tertulis laba BTN anjlok 64% dengan memperhitungkan laba dalam laporan keuangan September 2018 yang belum daudit yaitu Rp 2,23 triliun.