PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menerbitkan surat utang global (global bond) dalam mata uang dolar AS dan euro mencapai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun (kurs Rp 14 ribu per dolar AS). Utang tersebut antara lain akan digunakan untuk membangun infrastruktur listrik di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) dan mendukung target rasio elektrifikasi sebesar 100% pada tahun depan.
Penetapan harga global bond tersebut dilaksanakan pada 30 Oktober lalu. Surat utang ini terdiri tiga seri atau tranche, yaitu US$ 500 juta dengan tenor 10 tahun 3 bulan dan bunga 3,375%, US$ 500 juta dengan tenor 30 tahun 3 bulan dan bunga 4,375%, serta € 500 juta dengan tenor 12 tahun dan bunga 1,875%.
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto menjelaskan, pemilihan tenor yang berjangka panjang dan berbeda waktu jatuh temponya merupakan salah satu strategi perusahaan dalam menata likuidita. Dengan demikian maturity profile atau profil jatuh tempo utang cocok atau matching dengan tipikal investasi sektor listrik yang berjangka panjang.
(Baca: Penjualan Listrik Meningkat, PLN Cetak Laba Semester I Rp 7,3 Triliun)
"Di tengah kondisi pasar yang kondusif, PLN berhasil mendapatkan pendanaan dengan tenor yang panjang sehingga meringankan beban likuiditas dan memperluas basis investor di pasar Eropa dengan global bond bermata uang Euro dengan tenor 12 tahun" ujar Sarwono berdasarkan keterangan tertulis, Selasa (5/11).
Ia mengklaim, PLN menjadi BUMN pertama yang mampu mengakses pasar euro dengan tenor 12 tahun. Hal tersebut, menurut dia, membuktikan bahwa dunia internasional percaya keuangan Indonesia dan PLN dikelola dengan pruden.
Di samping itu, Sarwono menyebut PLN berhasil memperoleh kupon dan beban pinjaman yang sangat kompetitif. Kupon global bond tersebut, menurut dia, merupakan yang terendah dalam perjalanan bisnis PLN sampai saat ini.
(Baca: Tahun Depan, PLN Targetkan Seluruh Rumah di Indonesia Dialiri Listrik)
Sebelumnya, PLN tercatat membukukan laba bersih Rp 7,35 triliun pada semester I 2019. Capaian ini berbalik dari rugi Rp 5,35 triliun pada periode sama tahun lalu.
Kenaikan laba didukung oleh peningkatan penjualan tenaga listrik. Penjualan mencapai Rp 133,45 triliun sepanjang semester pertama 2019, naik 4,95% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan volume penjualan meningkat 4,41% menjadi 118,52 Terra Watt (TWh) seiring bertambahnya pelanggan.
Hingga akhir Juni 2019, pelanggan PLN mencapai 73,62 juta atau bertambah 3,92 juta. Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 98,3% pada akhir tahun 2018 menjadi 98,81% pada 30 Juni 2019.
Sementara dalam APBN 2020, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi dapat mencapai 99,9% pada tahun depan seperti terlihat dalam databooks di bawah ini.