Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit perbankan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini hanya tumbuh 7,8%. Angka ini masih jauh dari target pertumbuhan kredit yang dipatok OJK tahun ini sebesar 10-11%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan yang juga Anggota Komisioner OJK Heru Kristiyana mengatakan akan menelusuri penyebab melambatnya pertumbuhan kredit tahun ini. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang tumbuh 12%, target tahun ini sebenarnya cukup rendah.
“Sepertinya investor masih wait and see untuk melakukan ekspansi bisnis tahun ini, terkait Pemilu dan faktor global,” ujarnya dalam FGD bersama media di Semarang akhir pekan lalu.
(Baca: Kredit Bank Tumbuh Kian Lambat Jadi 8%, Terutama Kredit Konsumsi )
Kondisi perekonomian global hingga dalam negeri diprediksi memberi pengaruh terhadap pertumbuhan kredit nasional. Meski begitu, kata Heru, secara garis besar, kondisi industri perbankan nasional masih baik. Seperti terlihat dari rasio kecukupan modal (CAR) perbankan sebesar 23,38 persen sampai September.
Berdasarkan data OJK, rasio kredit bermasalah (NPL) hingga kuartal III tahun ini masih terjaga. NPL gross tercatat 2,66% dan NPL nett 1,15%. Sementara rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gross sebesar 2,66% dan NPF nett 0,55%.
OJK menyatakan akan berupaya mendorong pertumbuhan kredit dalam sisa dua bulan terakhir tahun ini agar capai target. "Tetap kami mendorong kredit tumbuh. Tapi kami pilih bank mana yang didorong, kemudian sektor mana yang tidak terdampak perang dagang dan lainnya," kata Heru.
OJK juga akan terus memantau kondisi yang ada demi menciptakan kestabilan kondisi perbankan Tanah Air. (Baca: Stabilitas Sistem Keuangan RI Dibayangi Perang Dagang AS-Tiongkok)