Wakil Presiden Ma’ruf Amin mendorong Bank Muamalat Indonesia terus beroperasi. Dukungan ini seakan menjadi angin segar bagi bank syariah pertama di Indonesia itu yang tengah berburu investor baru.
Ma’ruf menyampaikan hal itu ketika bertemu sejumlah petinggi dan pemegang saham Bank Muamalat di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (28/10). Hadir dalam acara tersebut di antaranya Direktur Utama Bank Muamalat Ahmad Kusna Permana, Komisaris Edy Setiadi, dan Komisaris Independen Iggi H Achsien.
Perwakilan pemegang saham yang datang yakni Abdul Wahab Abed dari Sedco Holding dan Mohamed Ibrahim Ismail dari Boubyan Bank. Tampak pula Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PT Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto.
Head of Corporate Affairs Bank Muamalat Hayunaji mengatakan, mereka bertemu Ma’ruf untuk bersilaturahmi, selain hendak mengucapkan selamat atas jabatan barunya sebagai wakil presiden.
Silaturahmi itu bukan tanpa sebab. Ma’ruf pernah menjadi Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat sejak 2002. Lantaran mengikuti pemilihan presiden atau Pilpres 2019, Ma’ruf harus mundur dari Muamalat. “Mereka datang ke Jakarta mengucapkan selamat ke Pak Kiai karena sudah 17 tahun di Muamalat,” kata Hayunaji, Senin (28/10).
(Baca: OJK Belum Yakin Dengan Keseriusan Investor Bank Muamalat)
Ma’ruf dalam kesempatan tersebut, seperti dikutip Hayunaji, menyampaikan dukungan agar Bank Muamalat terus beroperasi. Harapannya, ekonomi syariah di Indonesia turut terbantu.
Terlebih, Bank Muamalat merupakan lembaga perbankan syariah pertama di Indonesia yang didirikan pada 1 November 1991. “(Ma’ruf berpesan) Muamalat sebagai lembaga syariah pertama di Indonesia harus dijaga going concern-nya,” kata Hayunaji.
Pernyataan Ma’ruf ini tentu punya banyak arti saat Bank Muamalat dirundung masalah permodalan, setidaknya tiga tahun terakhir. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Muamalat mencapai 11,58% pada September 2017. Ketika itu, angka tersebut masih dalam batas aman karena konsesi Basel III untuk CAR minimal 12 %.
Meski demikian, rasio pembiayaan bermasalah alias Non Performing Finance kotor Bank Muamalat mencapai 4,54 % pada September 2017. NPF tersebut cukup tinggi karena di atas ketentuan Otoritas jasa Keuangan (OJK) sebesar 3 %.
Berdasarkan data teranyar, kinerja Bank Muamalat merosot karena hanya mampu menghasilkan untung Rp 6,57 miliar pada periode Januari-Agustus 2019. Laba bersih ini menurun 94,07 % dari sebelumnya Rp 110,9 miliar.
(Baca: Bank Muamalat Targetkan Investor Baru Masuk Sebelum Ganti Tahun)
Selama beberapa tahun ini pula kabar penyelamatan Muamalat menghiasi media massa. Mulai dari rencana masuknya PT Minna Padi Investama Tbk hingga beberapa Badan Usaha Milik Negara yang kemudian buyar.
Setelah itu beberapa investor lain disebut-sebut akan menyuntikkan modal ke Muamalat, termasuk konsorsium yang dipimpin Ilham Habibie. Komisaris Independen Muamalat Iggi H. Achsien, pada Oktober tahun lalu, mengatakan penambah modal melalui skema rights issue ini ditargetkan terlaksana sebelum 2018 berakhir.
Namun berbagai upaya tersebut belum menunjukkan hasil gemilang. Kini, isu pembenahan dan penambahan modal Bank Muamalat Indonesia kembali menyeruak.