Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pesimis target penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor produksi pada tahun ini dapat tercapai. Tahun ini, pemerintah menargetkan porsi penyaluran KUR untuk sektor produktif mencapai sekitar Rp 84 triliun atau 60% dari total target KUR sebesar Rp 140 triliun.
"Tahun ini sebenarnya 60%. Tapi saya lihat mulai tidak tercapai ini 60%," kata Darmin dalam acara Zilingo di Gedung SMESCO Indonesia, Jakarta, Rabu (16/10).
Meski demikian, pemerintah optimis target penyaluran KUR secara keseluruhan dapat tercapai Sepanjang Januari-Agustus 2019, penyaluran KUR telah mencapai Rp 120 triliun.
(Baca: Penyaluran KUR, Darmin Sebut Kredit Macet TKI Paling Tinggi )
Penyaluran KUR kepada sektor produksi diprioritaskan untuk mendorong pergerakan sektor mikroekonomi. Pada 2017, realisasi penyaluran KUR produksi telah mencapai 42,3%, sedikit lebih tinggi dari yang ditargetkan 40%. Namun, pada 2018 realisasinya hanya mencapai 46,8% dari yang ditargetkan 50%.
Meski pesimis tak sesuai target di tahun ini, Darmin tetap merasa bahwa target 60% tersebut tak akan diturunkan pada tahun depan. "Tidak akan turun. Kemungkinan tetap. Kita mau maju terus, usahakan saja supaya sektor produksinya benar-benar berkembang," ucap dia.
Ke depan, menurut Darmin, kualitas penyaluran KUR akan terus diperbaiki. Pemerintah, antara lain akan mendorong penyaluran KUR melalui kelompok, kluster atau komunitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar terdapat kontrol satu sama lainnya. Selain itu, pihaknya akan mendorong pelatihan program vokasi guna mendorong UMKM.
(Baca: BI Dorong Kolaborasi Bank dan Fintech Agar Bunga Pinjaman Turun)
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menyebut porsi penyaluran KUR produktif sulit mencapai target karena kegiatan produksi yang masih lemah di Indonesia. "Sedangkan perdagangan cepat sekali. Perputaran perdagangannya itu bisa empat kali lipat dibading kegiatan produksinya," kata Iskandar di tempat yang sama.
Maka dari itu, menurut dia, memang susah menggerakan kredit di sektor produksi. Namun, sektor ini harus terus didoromg demi perekonomian Indonesia yang lebih baik.
Iskandar pun menilai wacana penggabungan KUR untuk sektor jasa dan sektor produksi akan efektif. Meski begitu, target penggabungan kedua sektor ini ke depannya belum ditentukan. "Belum diputuskan komite, nanti bulan November tunggu menteri baru. Tapi ke depan minimal tidak boleh di bawah pertumbuham kredit nasional," ujarnya.