PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) rugi US$ 175 juta atau setara Rp 2,4 triliun (kurs: Rp 13.995 per dolar) dalam penyajian ulang (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018. Namun, perusahaan pelat merah itu optimistis akan mencetak laba US$ 70 juta tahun ini
"Full year kami proyeksi laba US$70 juta. Ini karena kuartal pertama 2019 kami sudah mencatatkan laba US$ 19,7 juta," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal di GMF AeroAsia, Tangerang, Jumat (26/7).
Fuad juga menyatakan bahwa laporan keuangan kuartal II-2019 akan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). "Selambat-lambatnya akan disampaikan Rabu, 31 Juli nanti," katanya.
Selain itu, pada kuartal ketiga kondisi keuangan Garuda ia yakini akan lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan pendapatan dari haji sudah masuk sejak Juli 2019.
(Baca: Meski Catatkan Rugi, Utang Garuda Terjaga dan Tetap Didukung Kreditor)
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan Garuda menyampaikan kembali laporan keuangannya karena sejumlah kejanggalan. Hasilnya, Garuda diketahui rugi US$ 175 juta pada 2018. Padahal, dalam laporan keuangan sebelumnya, mereka mengantongi laba tahun berjalan senilai US$ 5 juta.
Dengan penyajian kembali ini, tercatat pula Pendapatan Lain-Lain Bersih mereka tahun lalu senilai US$ 38,9 juta. Sebelum disajikan ulang, Garuda mencatatkan Pendapatan Lain-Lain Bersih senilai US$ 278,8 juta. Artinya, ada selisih US$ 239,9 juta pada pos ini.
Angka tersebut sebesar nilai perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan yang ditandatangani oleh anak usaha Garuda Indonesia, yakni PT Citilink Indonesia dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata). Pendapatan dari Mahata tersebut nilainya sebesar US$ 239,94 juta.
(Baca: Dapat Rekomendasi BPK, Grup Garuda Batalkan Kerja Sama dengan Mahata)
Atas rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Garuda pun membatalkan kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi terkait penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan. Kerja sama yang ditandatangani oleh anak usaha Garuda, yakni PT Citilink Indonesia.